Wisata Warisan Industri Belanda di Zaanse Schans

Haloo! Selamat datang lagi di catatan perjalananku 😊

Di catatan perjalanan kali ini aku akan menitip kenangan-kenanganku ketika pergi ke Zaanse Schans.

Zaanse Schans adalah suatu daerah di Zaandam, yang bisa ditempuh setengah jam dari Amsterdam, atau 3 jam kurang dari Eindhoven, tempat tinggal kami. Zaanse Schans ini memiliki daerah yang touristic banget. Suasananya justru mengingatkan aku sedikit pada Floating Market di Lembang, Jawa Barat. Saat sampai dan melihat Zaanse Schans, aku langsung berkata pada suamiku, “Pasti Floating Market Lembang itu meniru lanskapnya dari tempat ini.” Tempatnya bagus banget! 

Dan ternyata di balik tempatnya yang indah, Zaanse Schans memiliki cerita tentang sejarah manufaktur Belanda yang panjang, yang menjadi dasar bagaimana Belanda bisa luar biasa mandiri dari segi komoditas dan memiliki taring di dunia perdagangan internasional. Kalau iseng lihat di belakang kemasan makanan atau minuman merk-merk Belanda, banyak sekali yang dibuatnya di Zaandam. Makanya, wajib juga kita ke museumnya!

***

Sampai di Zaanse Schans!

Kami pergi di bulan April 2022, di pertengahan musim semi. Kali itu, matahari bersinar sangat cerah, namun siapa sangka ternyata saat kami turun di stasiun Zaanse Schans, angin dingin bertiup kencang sekali. Karena tidak antisipasi angin kencang tersebut, aku hanya memakai kemeja dan kardigan. Aku pun akhirnya meringis-ringis, berusaha tetap di bawah pancaran sinar matahari agar badanku tetap hangat. Untungnya Arya memakai jaket, dan Neira memakai sweater cukup tebal.

Saat keluar dari kereta, selain sambutan angin dingin, kami pun disambut dengan sesuatu yang lain: aroma coklat! Padahal di stasiun tidak ada yang menjual coklat hangat. Setelah melihat ke sekitar, barulah kami menyadari. Stasiun berdiri sangat dekat dengan pabrik coklat. Nyam, jadi ingin…


Rumah-rumah lucu yang juga menyambut kami di luar stasiun.

Sebelum masuk ke area wisata, ada bangunan kincir angin di lampu merah, seperti landmark kota.

Untuk masuk ke daerah Zaanse Schans ini, kami harus melewati jembatan yang melintasi sungai Zaan.


Ini jembatannya. Saat kami ke jembatan tersebut, jembatannya sedang membuka, karena ada kapal yang lewat.


Area wisata Zaanse Schans jika dilihat dari jembatan.

Area wisata Zaanse Schans ini gratis! Kita hanya perlu membayar untuk masuk ke museum-museumnya, bahkan beberapa museum dibuka gratis pula. Untuk para wisatawan yang ingin mengunjungi seluruh museumnya, dijual kartu Zaanse Schans Card seharga €23,5 per orang. Kami tidak berencana untuk membeli kartu tersebut, melainkan kami akan membeli Museumkaart untuk bisa masuk ke hampir seluruh museum di Belanda. Sayangnya, di Zaanse Schans ini, tidak semua museum bisa dimasuki oleh Museumkaart. Karena kami sampai siang hari, kami memutuskan untuk menikmati suasana outdoor terlebih dahulu, baru menikmati museum-museum setelahnya.


Papan informasi Zaanse Schans. Diterangkan bahwa inilah suasana tempat tinggal Belanda di abad 18-19. Dan Zaanse Schans ini adalah titik akhir Rute Warisan Industri Eropa (ERIH Holland Route). Wow!

Bangunan khas di Zaanse Schans, warna hijau-hijau. Ada ceritanya kenapa warnanya hijau-hijau.


Museum Albert Heijn, gerai supermarket kebanggaan Belanda. Ya, asalnya dari Zaandam.


Pemandangan di sekitar Zaanse Schans. Diterangkan di website resminya bahwa rumah-rumah ini masih ditinggali.


Another cute house.


(Masih) Pemandangan sekitar.


Mendekati deretan kincir angin.

Kincir angin yang tampilannya cantik ini ternyata memiliki fungsi yang powerful, lho. Kincir angin ini bertugas untuk “memanen” angin (yang sangat kencang di sini) untuk kemudian diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga/energi mekanik ini digunakan untuk macam-macam. Di website resminya https://www.dezaanseschans.nl/en/discover/ disebutkan kalau kincir angin di sini ada yang digunakan untuk:
  • menggiling rempah (De Huisman)
  • membuat cat dan minyak (De Kat, De Zoeker, De Bonte Hen, dan De Ooievaar)
  • memotong kayu (De Gekroonde Poelenburg, Het Jonge Schaap, Het Klaverblad)
  • menggiling gandum (De Bleeke Dood)
  • memompa air (De Hadel, sudah dipindahkan ke Zeilemakerspad)
  • sampai menghancurkan batu untuk menjadi pasir (De Windhond). 

Dari sekian banyak kincir angin itu, hanya tiga kincir angin yang termasuk ke ERIH Holland Route: De Kat, De Zoeker, dan Het Jonge Schaap. Sayangnya, aku tidak sempat masuk ke kincir angin-kincir angin ini, karena salah strategi (beli Museumkaartnya terakhir, harusnya di awal 😆).

Btw, di website resmi wisata Zaanse Schans ini (yang menurut aku keren banget), kita bisa lihat ada wahana apa saja di Zaanse Schans, jadwal bukanya, biayanya, kalender keramaiannya, sampai list resto dan akomodasi.


Iconic banget ya, kincir angin ini tuh.

Setelah jalan mengelilingi kincir angin, kami melanjutkan jalan kaki ke workshop-workshop handicraft dan museum yang masuknya gratis 😃.

Sebelum itu, lagi-lagi dari website resminya, workshop handicraft di sini ada:
  • Memanggang, menggiling, mengupas, dan ekstraksi kacang dan coklat di Blik op de Zaan. Workshop ini diinspirasi oleh adanya pabrik coklat The Olam dan pabrik kacang The Duyvis!
  • Demonstrasi pembuatan keju dan juga mencoba keju di Catharina Hoeve. Workshop ini diinspirasi oleh peternakan (hoeve) Catharina di wilayah Zaan Timur.
  • Menonton cara membuat sepatu kayu (clog) di Clog Workshop.
  • Melihat cara pembuatan layar besar untuk kapal dan kincir angin di The Weaver’s House.
  • Menonton pembuatan gentong (barrel) di Tiemstra Coopery.
  • Demonstrasi distilasi minuman beralkohol di De Tweekoppige Phoenix.
  • Demonstrasi pengecoran timah tanpa mesin di De Tinkoepel.
Selain itu, museum-museum di sini ada:
  • Zaans Museum, museum tentang wilayah Zaan. Di dalam museum ini juga termasuk museum biskuit Verkade.
  • Albert Heijn Museum Shop.
  • Bakery Museum De Gecroonde Duyvekater.
  • The Zaanse Time Museum.
  • Jisper House, untuk melihat rumah khas nelayan dan memakai pakaian tradisional khas Zaan.
  • Honig Breethuis, melihat rumah milik keluarga pedagang Honig yang terkenal dengan produk tepung maizena-nya. 
  • Windmill Museum.
Banyak banget kan?!? Untuk orang yang baru sampai siang, mengelilingi tempat-tempat yang gratis aja sudah cukup! Kami lalu akhirnya memilih ke Albert Heijn Museum Shop (hanya masuk sebentar karena terlalu ramai), Catharina Hoeve, Clog Workshop, Zaans Museum, dan Bakery Museum. Untuk Zaans Museum, masuknya bayar, dan kami memilih untuk beli Museumkaart agar sekalian bisa dipakai untuk masuk ke banyak museum-museum di seluruh Belanda selama setahun.

Catharina Hoeve


Display tumpukan keju di halaman Catharina Hoeve.

Sebenarnya kami sampai di Catharina Hoeve ini tidak sengaja. Kami kelelahan berjalan dan ingin duduk dulu makan bekal, yang tempat duduk tersebut baru kami temukan di Catharina Hoeve ini. Setelah energi terkumpul kembali, kami iseng mengelilingi bangunan. Wah, ternyata ini museum, gratis lagi masuknya. Masuk, yuk!





Replika peternakan Catharina Hoeve. Neira suka banget nongkrong di sini 😌




Display yang memberi pengetahuan baru: banyaknya keju yang dihasilkan dari sejumlah masing-masing jenis susu


Demonstrasi Henri Willig (ceritanya) membuat keju. Di layar atas kita bisa lihat orangnya ngapain, dan di layar bawah kita seolah-olah lihat langsung ke wadah pembuatannya.



Storage keju. Di sebelah storage keju ini ada photobooth, sayangnya ga sempet foto karena rame bangeet!


Pada tahun 1974 Henri Willig memulai usaha bisnis kejunya, dan di tahun 2018 mereka membuka gerai internasional pertamanya. 44 tahun perjuangan!

Di sini sebenernya bisa icip-icip keju juga. Keju gouda Henri Willig ini baaaaaanyak sekali macamnya, dari yang original sampai jenis-jenis herb cheese dengan rempah-rempah khas berbagai negara! Menggoda bangeet, tapi karena ramai dan waktu itu masih wajib pakai masker di dalam ruangan, males juga dan rasanya pengen cepet-cepet keluar. Kami juga gak tahu (dan gak nanya) apakah ada jenis yang halal (dari rennet/stremsel selain hewan atau tidak), jadi walaupun penasaran, kami nyerah aja. Nyesel juga ga foto-foto cheese shop and tasting-nya yang super ramai itu!


Bonus foto Neira yang penasaran ini itu semua mau dipegang.

Kami pun lalu keluar dari godaan-godaan duniawi ini dan melaju ke tempat selanjutnya.


Tempatnya cantik!


Neira bersama Abah.

Clog Workshop

Tujuan gratisan kami selanjutnya adalah workshop sepatu kayu/kelompen ini.


Bangunannya dari luar.


Disambut bapak-bapak ini di pintu masuk.

Kelompen ini merupakan sepatu kayu warisan Belanda yang fungsi utamanya adalah sebagai sepatu pelindung untuk bekerja di ladang pertanian, pabrik, dan tambang. Karena fungsinya yang begitu penting di keseharian masyarakat Belanda, sampai akhirnya kelompen menjadi sepatu sehari-hari masyarakat Belanda di zamannya. Bahkan sampai berkembang menjadi berbagai jenis untuk aktivitas berbeda.


Kelompen dari berbagai wilayah di Belanda


Kelompen untuk bekerja


Kelompen untuk bergaya


Foto-foto masyarakat Belanda memakai kelompen


Kelompen untuk menikah

Di Clog Workshop ini, kita bisa melihat para pengrajin kelompen membuat kelompen dari balok kayu. Singkat sekali prosesnya, kalau aku tidak salah ingat tidak lebih dari 10 menit untuk satu buah.

Demonstrasi pembuatan kelompen


Toko souvenir


Patung yang lucu!


Aku dan Neira berfoto di dalam kelompen

Zaans Museum

Zaans Museum ini merupakan tujuan berikutnya dan juga tujuan terakhir sebelum pulang. Di dalam Zaans Museum ini, terdapat bagian bernama “Verkade Experience” yang sebenarnya merupakan museum pabrik Verkade.

Di lobby, kami bertransaksi Museumkaart yang seorangnya €65 itu, berlaku selama setahun. Mau nangis lihat harganya, tapi jika dihitung tanpa Museumkaart, €65 hanya untuk 6x masuk museum. Harusnya dalam 1,5 bulan saja kami sudah balik modal, hihihi.

Dah ah, hitung-hitungannya. Yuk kita nikmati museum ini.


Di luar Zaans Museum adalah display iklan biskuit Verkade. Biskuit ini spesial untukku karena merk ini adalah kesukaan Ayahku!


Interior Zaans Museum

Di museum ini, diceritakan bahwa industri di wilayah Zaan ini dimulai dari tahun 1720 di mana ada setidaknya 650 kincir angin yang beroperasi. Ekonomi di wilayah ini sangat berkembang selama 30 tahun, di mana setelahnya ekonomi menjadi stagnan. Satu abad kemudian, industri perkapalan runtuh sehingga banyak akhirnya kincir angin ini dirubuhkan. Mulai tahun 1890, muncul mesin-mesin uap, yang tidak lama kemudian diikuti kemunculan mesin tenaga diesel, gas, dan listrik, yang akhirnya meningkatkan skala industri di Zaan.


Neira di depan iklan-iklan jadul produk-produk asal Zaan, di antaranya: coklat, selai kacang, minyak, biskuit Verkade, makanan bayi, supermarket Albert Heijn. 

Dari abad ke-17 sampai abad ke-19, Zaan adalah kawasan industri paling penting di Eropa karena jumlah kincir anginnya. Kawasan ini lalu berkembang menjadi kawasan produsen makanan paling penting dan terkenal di Belanda, sehingga dinamakan “The Larder of Netherlands” atau Lemari Makan Belanda. Belanda juga jadi sentra produsen beras terbesar di Eropa pada abad ke-19 karena pasokan beras dari Asia (bisa dipastikan dari Indonesia!!).


Kemasan-kemasan makanan jadul: beras, oats.


Kemasan-kemasan makanan jadul: tepung pudding, custard.


Kemasan-kemasan makanan jadul: kopi, teh, sereal bayi, dll.

Kemasan-kemasan makanan jadul: coklat bubuk.


Kemasan-kemasan makanan jadul: coklat siap makan.



Kemasan-kemasan makanan jadul: maizena, kaldu blok, pasta, tepung kue instan.

Karena kemunculan teknologi-teknologi baru yang menggantikan kincir angin, banyak dibangun pabrik-pabrik dengan posisi di pinggir sungai agar memudahkan loading-unloading barang-barang bulk ke barge (kapal barang). Ini kurang lebih pemandangan yang kami lihat saat di jalan menuju ke Zaanse Schans, dengan gedung-gedung pabrik modern dan barge-nya juga sudah modern, tapi hal ini ternyata sudah dilakukan sejak abad ke-19.


Lukisan yang menggambarkan keadaan pabrik di pinggir sungai dengan barge-nya abad ke-19.

Miniatur kincir angin

Sekilas tentang Masyarakat Zaan

Di dalam Zaans Museum, ada juga pameran kecil yang sedang diselenggarakan dengan tema kehidupan masyarakat Zaans.


Lukisan yang menggambarkan keadaan Zaan di masa jayanya.

Di pameran ini, diceritakan kenapa bangunan Zaans memiliki warna khas hijau-hijau. Ternyata karena warga Zaans sudah mencoba berbagai macam warna pelangi, lalu beralih ke warna hijau karena cat warna hijau membuat kayu tidak mudah busuk, dikarenakan kandungan tembaga di dalamnya!


Penjelasan tentang warna hijau di bangunan Zaan.


Rumah khas Zaan dengan kincir anginnya, berwarna hijau.


Keadaan Sungai Zaan di abad 19.

Katanya, The Zaankanter (penduduk Zaan) begitu sibuk berdagang, sehingga mereka tidak punya banyak waktu untuk sekedar makan. Mereka sehari-hari hanya makan sepotong roti dan daging. Kincir angin, kapal, bahkan halaman rumah, difungsikan hanya untuk berbisnis.

Verkade Experience

Verkade Experience, nama untuk museum pabrik Verkade, ada di dalam Zaans Museum sebagai pabrik biskuit raksasa asal wilayah Zaan. Ada kata ‘experience’-nya karena kita bisa melihat pembuatan biskuit dan coklat Verkade dari awal sampai akhir, bahkan kita bisa icip-icip biskuit dan coklatnya. Sayangnya segmen icip-icip sudah tutup saat kami ke sana. :(

Penjelasan singkat tentang Verkade yang merupakan bisnis keluarga. Per 2022 ini sudah berumur 136 tahun lho!


Museum yang hanya satu lantai




Step-step pembuatan biskuit beserta demonstrasinya menggunakan mesin sesuai dengan step-step yang dijelaskan di papan informasi.


Kita bisa bermain game seolah-olah kita baker di pabrik!



Pencetakan dan pengemasan biskuit. Ta daa!

Selain biskuit, ada juga demonstrasi mesin-mesin dalam membuat coklat.







Pembuatan coklat dari awal sampai akhir. Ta daa!

Bakkerij Museum

Di jalan pulang, kami menemukan museum shop gratis yang masih buka. Yuk masuk dulu deh!


Penampakan Bakkerij Museum-nya dari luar

Museum bakery ini hanya satu ruangan. Sisanya bakery biasa yang wanginya luar biasaaa 🤤





Peralatan-peralatan dan bahan yang dipakai di bakery Zaan zaman dahulu.


Sisanya bakery museum ini menjual roti dan kue, dengan produk utamanya stroopwafel segar (yang baru dimasak) dan stroopwafel yang sudah dikemas.


Snoepen (manisan)!

***

Aaaah… akhirnya selesai juga perjalanan. Jujur, menulis postingan ini capek saking panjangnya perjalanan, jadi ingat betapa lelahnya kaki berjalan waktu itu! Padahal wilayahnya kecil, mungkin sebenarnya energinya dipakai untuk belajar hal yang sangat banyak di sini.

Saking bergizinya perjalanan hari itu, pulang-pulang aku dan suami jadi memiliki visi: memiliki perusahaan manufaktur keluarga bersama! Semoga terwujud yaa, aamiin 😊😊😊


Zaanse Schans di sore hari




Comments

Popular Posts