Oh how I miss you, Japan!

Selamat pagii!

Alhamdulillah setelah minggu-minggu anak pilek, akhirnya ada waktu untuk pegang laptop sendirian karena sekarang anaknya nyenyak tidur dan gak masalah ditinggal (kalau lagi pilek kayak kemarin sama sekali gak mau dilepas, kalau lagi tidur ada gerakan sedikiiit saja untuk meninggalkan dia, dia langsung bangun dan nangis 😌 ). Gak apa-apa yah, namanya juga lagi sakit. Aku juga kalau lagi sakit inginnya dimanjain terus sama Mama.

Lika-liku kehidupan tentunya tidak akan pernah berakhir sepanjang kita hidup sih yahh. Sebenarnya sebentar lagi adalah waktunya kami pindahan ke apartemen yang lebih dekat dengan tempat Aa menempuh studi, yang mana dengan tempat tinggal kami sekarang itu beda kota. Kasihan juga sih memang, setiap hari, sekali jalan Aa harus bersepeda 45 menit dengan cuaca Belanda yang ampuuuunnn, langitnya abu-abu mulu, anginnya kenceng, bentar-bentar hujan, apalagi baru-baru ini ada badai seharian, Badai Eunice! Cape deh 😅. Dan juga tempat tinggal sekarang itu nyaman sekali, karena fasilitas dari apartemen lengkap (kami menyewa apartemen furnished), lalu dekat ke stasiun, pusat kota, dan pasar! Bye-bye kenyamanan-kenyamanan, semoga kita akan bertemu lagi di tempat baru dalam wujud yang baru 😆

Sekarang, izinkan daku bernostalgia masa gadis muda jalan-jalan dulu yaaaa 😆

Nebeng fotonya ditaro di paling atas untuk jadi thumbnail post, xixixixixi

Nebeng fotonya ditaro di paling atas untuk jadi thumbnail post, xixixixixi


***


Oktober, 2016 - Waktu itu aku baru selesai wisuda S1. Aku ingat tiba-tiba Mama pamer, "Del, Mama diajak Ibu-ibu pengajian untuk jalan-jalan ke Jepang lho." Lalu aku membalas, "Haaaaaa asiknyaaaa!!" Mama langsung bertanya, "Kau mau ikut?"

Siapa yang gak mau ikut tiba-tiba diajak pelesir selesai wisuda? 😆

Eh, tapi aku baru ingat, "Tapi Delia udah meng-iya-kan tawaran dari Bu Erly untuk jadi asisten akademik Mah." Seperti biasa Mama berkata santai, "Alah, bilang aja kau mau pergi ke jepang, pasti diizinin itu. Memangnya mulai kapan?" "Mulai April dia bilang kemarin," balasku. Mama membalas, "Ini kita pergi 6 April. Cok kau tanya dulu." Jantungku deg-degan.

Para pembaca sekalian mungkin berpikir, kok mau sih perginya bareng ibu-ibu pengajian Mamanya? Karena oh karena, ibu-ibu pengajian ini sudah berteman dengan Mamaku sejak aku SD. Jadi udah kenal dan sobi banget lah. Mereka pun ke aku baiik banget. Dan lagi, di antara mereka juga ada yang mengajak anaknya, sahabatnya, dll. Mama sendiri, selain mengajakku, dia juga mengajak salah seorang Tanteku yang tinggal di Medan. Ini juga adalah perjalanan keduaku bersama ibu-ibu pengajian, setelah sebelumnya aku pelesir juga bersama mereka ke Vietnam.

Saat lobi-lobi Bu Erly, beliau bilang bahwa beliau berharap aku mulai tanggal 1 April, sedangkan aku akan berangkat 6 April. Tapi beliau tidak masalah, asal sepulangnya aku dari Jepang aku bisa mengejar ketertinggalanku. Iyain dulu aja deh! Siap Bu! Masalah burnout mah gimana nanti! Wakakak, akhirnya fix kami akan berangkat tanggal 6 April 2017. Yippie!

Oh iya, disclaimer: Perjalanan ini ditulis dengan keadaan lupa-lupa ingat, karena ini adalah perjalanan yang dilakukan hampir 5 tahun yang lalu 😆 Please bear with me, won't you 😆

 

***


Day 1

Take off dari Bandara Soekarno-Hatta jam 23.00 WIB, aku, Mama, Mak Nema (tanteku), dan para ibu-ibu pengajian terbang selama hampir 7 jam ke Bandara Haneda, Tokyo. Itu berarti kami sampai jam 06.00 WIB atau 08.00 JST (Japan Standard Time). Inilah muka-muka ngantuk kami.

Gaya khas ibuk ibuk. Mak Nema, aku, dan Mama adalah tiga orang paling belakang di foto ini (dari kiri ke kanan).

Kami dijemput oleh seorang tour guide bernama Mas Adam yang tidak kutampilkan fotonya di postingan ini. Mas Adam ini akan membawa kami berwisata selama 6 hari dan wisatanya akan muslim-friendly. Kami langsung menuju ke Tokyo Bay Oasis untuk melihat terowongan bawah laut Jepang punya.

Monumen Tokyo Bayoasis (Dokumentasi pribadi)

Di ujung sana ada jembatan-terowongan yang sulit dilihat ujungnya (Dokumentasi pribadi)

Tokyo Bay Oasis atau Tokyo Bay Aqua Line ini adalah terowongan bawah laut yang menghubungkan kota Kawasaki dan Kisarazu. Panjangnya 23,7 km dengan 4,4 km jembatan dipasangkan dengan 9,6 km terowongan bawah laut! Sehingga, ini menjadikan terowongan ini sebagai  terowongan bawah laut keempat paling panjang di dunia. Kok Delia ingat informasi-informasi ini? Tentu tidak. Delia searching di google karena ada arsip foto dengan tulisan "Tokyo Bayoasis" ini. Ya, itulah guna foto.


Umihotaru Rest House, Upper Deck. (Dokumentasi pribadi)

Banyak orang melewati Tokyo Bay Oasis ini bukan untuk professional purpose, melainkan cuma untuk rekreasi, karena ingin mendatangi Umihotaru Rest House ini. di Umihotaru Rest House ini isinya kayak mall. Ada starbucks, restoran sushi, dll. Ibu-ibu pun mampir ke Starbucks untuk beli kopi, ada juga yang sekedar beli tumbler bertuliskan "Tokyo" Starbucks punya. Mumpung ketemu Starbucks katanya, karena itu oleh-oleh yang diminta cucunya.
 
Salah satu monumen di Tokyo Bay Oasis. Katanya monumen ini bukan karya seni, tapi salah satu potongan mesin yang digunakan untuk menggali terowongan. (Dokumentasi pribadi)

Sesi foto ibu-ibu udah pasti wajib dong pastinya. Tapi tenang, di postingan ini aku gak akan memajang itu semua karena di postingan ini aku akan lebih banyak bercerita tentang tempat yang kukunjungi. Paling ya, tahan-tahan dengan foto diriku yang masih langsing itu ya, xixixi.

Lanjut~

Destinasi berikutnya adalah Tokyo Camii & Turkish Culture Center. Ini destinasi wajib dong. Judulnya ibu-ibu pengajian masa gak mampir ke salah satu jejak muslim di Jepang?

Penampakan Tokyo Camii dari jalan raya dan ibu-ibu dengan dresscode merah memadati jalan menuju pintu masuk.

Tokyo Camii atau bisa dibilang Masjid Jami' Tokyo ini adalah masjid terbesar di Jepang yang didirikan tahun 1938 oleh imigran dari Rusia yang mengungsi ke Jepang setelah October Revolution.

Kalau orang Indonesia sih kenalnya, masjid ini adalah tempat nikahnya Syahrini.

Bagaimanapun cerita tentang negara dan kaum Turki di media internasional, di lubuk hati terdalam aku sih sangat bersyukur dengan datangnya muslim Turki ke seluruh penjuru dunia. Karena dengan mereka, banyak didirikan masjid, pusat makanan halal, sekolah, dan fasilitas lainnya yang sangat bermanfaat untuk sesama muslim.

Di samping itu, interior-eksterior masjid ini juga cakep sekali ya. Vibesnya memang jadi Turki banget dech.

Eksterior masjid tingkat dua, yaitu tempat masuk bagian masjid khusus muslimah. (Dokumentasi pribadi)

Interior masjid. (Dokumentasi pribadi)

Langit-langit masjid. (Dokumentasi pribadi)

Aku gak tau nyebut tempat yang seperti segitiga di kiri ini apa. (Dokumentasi pribadi)

Tempat payung (?) (Dokumentasi pribadi)

Setelah berpuas-puas diri shalat, bersih-bersih, leyeh-leyeh, ibu-ibu pun menodong kembali Mas Adam dengan pertanyaan, "Jadi sekarang kita ke mana?"

"Ibu-ibu mau belanja?"

Yap, tujuan selanjutnya adalah Harajuku, tepatnya adalah Takeshita Dori (Takeshita Street).

Pintu masuk Takeshita Street. Puenuhnya minta ampun. Jadi kangen penuh-penuhan gini ya, setelah COVID-19 yang gak ilang-ilang dari muka bumi ini setelah 2 tahun lebih? (Dokumentasi pribadi)

Daku berusaha foto di tengah keramaian orang.

Ibu-ibu, termasuk Mama dan Mak Nema, di sini belanja tipis-tipis. Katanya waktu itu capek, jadi nafsu belanjanya gak sebesar kalau lagi seger. Di Takeshita Street ini banyak kios-kios makanan street food gitu, juga toko-toko baju hits atau sekedar toko pernak-pernik lucu-lucu gitu. Gemes deh. Kayaknya ini adalah salah satu tempat di mana aku betah nongkrong berjam-jam window shopping doang. Mamaku sendiri di sini sempet beli kaos-kaos untuk oleh-oleh keluarga di rumah.

Setelah satu jam di tempat ini, ibu-ibu bilang ke Mas Adam, "Mas Adam kita lanjut aja deh, kayaknya pada capek. Nanti lagi aja belanjanya." Mas Adam dengan wajah kasihan dan bulak-balik mengatur jadwal, akhirnya menawarkan kita ke Shibuya Crossing, atau perempatan (atau simpang lima ya?) paling penuh di Jepang. Tempat ini tuh penuhhhh banget. Kata Mas Adam, "Ibu-ibu pernah gak lihat orang sebanyak ini di satu tempat?"
 
Keramaian di Shibuya Crossing. Kalau  angle-nya bisa bird-eye-view lebih kelihatan seramai dan sepenuh apa - silakan mengarah ke Mbah Gugel saja~ (Dokumentasi pribadi)

Di Shibuya ini banyak banget tempat belanja dan mall gitu. Duh, kalau waktunya banyak dan gak kecapean gini mau deh disusurin tokonya satu-satu.

Di sini juga ada patung anjing legendaris: Hachiko. Temen-temen pernah nonton Hachi: A Dog's Tale, film tahun 2009 dengan Richard Gere sebagai aktornya gak? Huhuhuf, itu film sedihhhh, banget. Film itu diambil dari kisah nyata. Hachiko asli adalah anjing yang lahir tahun 1923 yang mengabdi pada tuannya, Hidesaburo Ueno, seorang profesor pertanian di Universitas Tokyo. Lalu kenapa anjing ini begitu terkenal sampai-sampai dijadikan film dan ada monumennya sendiri? Aduh, kalau aku ceritain di sini feelnya gak akan dapet.

Patung Hachiko dari dekat (Dokumentasi pribadi)

Foto sebelah Hachiko. Akhirnya kebagian juga setelah ngantri panjang.

Ibu-ibu heran banget, "Kenapa foto sama patung anjing aja sampe ngantri?" Aku cuma cengengesan aja.

Setelah itu, kami di antar ke hotel oleh Mas Adam dan istirahat sebentar, sebelum kami makan malam di sekitar Odaiba dan foto-foto di sana.

Patung liberty KW di sekitar Odaiba. Jembatan di belakangnya sih yang cakep. (Dokumentasi pribadi)

Monumen Odaiba (Dokumentasi pribadi)

Let's call it a wrap for Day 1!


Day 2

Today is about amusement park! Tokyo Disney Sea it issss!!!

Aku sendiri juga gak paham sih, kenapa salah satu destinasinya ke Disney Sea padahal partisipannya ibu-ibu paruh baya. Gak nanya juga karena takut menyinggung berbagai pihak, hehehehe. Kalau aku sih, seneng banget ya karena amusement park is my favourite destination!!!

Di Disney Sea ini aku gak inget untuk banyak foto-foto karena sibuk meneliti wahana. Nyesel juga sih sekarang kalau dipikir-pikir. Aku tanya sama Mas Adam, "Mas bedanya Disneysea sama Disneyland itu apa?" Kata Mas Adam, "Selain tema lautnya, wahananya juga lebih dewasa, kurang kids-friendly." That means double yasss to meee!

Ibu-ibunya gimana dong, pada ngapain? Kami berpisah menjadi beberapa grup. Ibu-ibu yang lebih tua memilih untuk duduk-duduk di resto. Mama dan Mak Nema nganterin aku naik berbagai wahana. Dan ibu-ibu yang lebih muda pergi naik wahana bersama-sama. Namun ketika siang hari, mereka bosan juga. Bu Ina, yang selalu kami jadikan pemimpin, pun mengumpulkan kami semua untuk berdiskusi.

"Bu Darwis, kita belanja aja yuk, sama Asma (Mak Nema)," ajaknya. Mama mengiyakan, dan sepertinya di pikirannya aku juga akan menyudari eksplorasiku di Disneysea. Tapi Bu Ina membaca pikiranku,

"Delia mau tinggal di sini aja gak?"

Aku melihat Mama. Dalam pikiranku, 'emang boleh?' Karena Mama adalah tipe Ibu yang sangat protektif, jadi jawabannya will be most likely: a big no. 

Tapi kata Bu Ina lagi, "Kalau Delia mau tinggal aja di sini boleh, kok." Mendengar jawaban itu, Mama tampak berpikir keras. 

"Tenang aja Bu Darwis, Delia mah udah gede ini kan."

Ha ha ha. This is one of the advantage pergi sama ibu-ibu pengajian, ada yang meyakinkan Mama kalau aku bisa survive sendirian! Mama pun luluh.

"Ma, apalagi Dhila nanti bisa ke sini nemenin," Aku memang sudah WA-an dengan teman dekatku yang kerja di Jepang, dan Mama kenal baik dengan dia karena ia adalah sahabatku, kami saling mengunjungi rumah satu sama lain dari SD sampai SMA. Mama pun mengikhlaskanku, "Pulangnya jangan kemaleman ya."

Yess! Alhasil dari siang sampai petang aku berpuas-puas bermain di Disneysea sendirian. Dan Dhila ternyata tidak bisa datang. Dia berjanji akan menemuiku di setelah petang di foodcourt dekat Disneysea.

Aku sekarang sangat menyesal tidak banyak foto di dalam Disneysea.

Arabian Coast (Dokumentasi pribadi)

Foto di daerah Toysville

Ngantri 2 jam untuk main di wahana Toy Story membuat Mama berhasil membujukku untuk foto bersama dua anak sekolah Jepang ini. Iya, ngantrinya 2 jam. Katanya karena wahananya baru buka. Aku juga bingung kok dulu mau ya. Wahananya apa pun sekarang aku tidak ingat.

Berfoto di American Waterfront

Berfoto dengan entah gaya apa

(Setelah ubek-ubek file di harddisk, ternyata aku gak banyak foto tapi banyak video. Niatnya mau diupload ke sini, eh tapi ukuran filenya kegedean. Sudahlah.)

Setelah petang (dan menonton atraksi malam sebentar), aku pun melaju ke tempat janjianku dengan Dhila. Dhila memberikanku petunjuk dengan sangat detail untuk mencapai ke tempat janjian kami. Kami pun berhasil bertemu, mencoba omurice Jepang yang kata Dhila halal (yang sayangnya tidak juga kufoto. Arrghhhh). 

Entah bagaimana caranya waktu itu, aku berhasil kembali ke hotel pukul 10 malam, sekali lagi berkat informasi detail dari Dhila dan google maps. Aku tidak mengabari Mama karena baterai HP-ku yang hampir habis. Mama panik, dan ibu-ibu ikut panik karena dari informasi yang mereka dapatkan, bus terakhir dekat hotel itu pukul 9 malam. Maaf ya ibu-ibu, maafkan anak kecil ini.

Day 3

Hari ini kami diberikan penjelasan oleh Mas Adam bahwa dalam tiga hari ke depan kami akan mengunjungi situs-situs alam di Jepang juga menikmati warisan Jepang. 

Perjalanan dimulai dengan menuju ke kaki gunung Fuji, Kawaguchiko. Di Kawaguchiko, ada kampung tradisional Jepang yang dijadikan museum terbuka bernama Saiko Iyashi No Sato Nenba, atau Healing Village. 

Sebenarnya kampung ini pernah hancur lebur karena terjadinya longsor tahun 1966 yang disebabkan taifun. Lalu kampung ini dibangun lagi menyerupai aslinya, dan tidak ada yang menempati (memang cuma museum). Di kampung tersebut ada bangunan museum yang memuat foto-foto kampung aslinya, berbagai macam toko lucu-lucu, seperti toko es krim, toko soba, toko pernak-pernik khas Jepang, toko matcha, dll, juga highlight utama hari ini - penyewaan kimono.

Foto di keadaan gerimis (Dokumentasi pribadi)

(Dokumentasi pribadi)

Nampang dulu ya, hehe

Merasakan pakai kimono. Rasanya anggun banget.

“Sana kau, gaya main kecapi,” kata Mama. Iya nurut aja.

Foto aku lagi

Foto lagi dan lagi

Pokoknya foto-foto

Foto sama Mama berdua. Alangkah indahnya kalau waktu itu sekeluarga ikut, hihi

Cakep banget lah, udah (desanya maksudnya)

Setelah puas foto-foto dan keliling desanya, kami menuju mobil tur kembali. Namun, di sekitar parkiran mobil, kok banyak bau-bau makanan hangat. Siapa yang tidak tergoda gerimis-gerimis makan yang hangat-hangat?

Ikan bakar. Ikan bakar (polos) terenak yang pernah kumakan. (Dokumentasi pribadi)

Bapak penjual ubi bakar. Saking banyaknya orang Indonesia yang datang kali ya, dia tulis kalau dia jual U-B-I. (Dokumentasi pribadi)

Ubinya enyakkkk bangetttt. (Dokumentasi pribadi)

Beli stroberi. (Dokumentasi pribadi)

Stroberinya juga mantap bangetttt. (Dokumentasi pribadi)

Mas Adam merencanakan kami makan siang di kedai udon di dekat situ, yang memasak udon halal dan non halal terpisah (Mas Adam melihat dapur dan cara memasaknya). Enak sih, tapi 11-12 sama Marugame Udon, hihi.  Enakan Marugame Udon sih, karena kan MU kayaknya udah disesuaikan dengan selera orang Indonesia. Seenggaknya ngerasain beneran makan udon di kedai di Jepang.

Ocha panas. (Dokumentasi pribadi)

Udon panas~ (Dokumentasi pribadi)

Dari sini, kami melaju ke salah satu mata air Gunung Fuji, Oshino Hakai. Tapi karena terlalu penuh, gak begitu selera foto-foto di sini.

E e ehh yang moto puyeng keknya.

Di bangunan itu adalah toko pernak-pernik dan oleh-oleh khas Gunung Fuji. Aku sendiri beli gantungan kunci Gunung Fuji versi Chibi dan Chibi Maruko Chan di sini. (Dokumentasi pribadi)

Perjalanan pun lanjut ke penginapan. Sebelum ke penginapan, kami melewati Fuji-Q Highland, sebuah amusement park di kaki Gunung Fuji. Sayangnya, Mas Adam tidak mengagendakan kami bermain di sini. Ya iyalah kalau dipikir-pikir, mana mau ibu-ibu main di sini :")

Roller coasternya tinggi banget! Katanya juga ada rumah hantu yang populer di sini. (Dokumentasi pribadi)

Roller coaster dari jauh. Meliuk-liuk. (Dokumentasi pribadi)

Mak Nema berfoto di depan gerbang Fuji-Q Highland.

Day 4

Masih dengan perjalanan bertema warisan Jepang, hari ini kami mengawali perjalanan ke Matsumoto Castle.

Matsumoto Castle. (Dokumentasi pribadi)

Taman di komplek Matsumoto Castle. (Dokumentasi pribadi)

Lalu ke Nagawado Dam.
Plang Nagawado Dam (Dokumentasi pribadi)

Pemandangan di sekitar Nagawado Dam. Bagus yaa (Dokumentasi pribadi)

Dam-nya. (Dokumentasi pribadi)

Dan kemudian ke Shirakawago.

Pemandangan di jalan menuju Shirakawago (Dokumentasi pribadi)

Diajak mampir ke ski resort dekat Shirakawago. Ini pertama kalinya aku pegang salju, hehehe, Alhamdulillah. Winter sudah berakhir dan memasuki musim semi, salju pun sudah mulai mencair. Tapi salju di sini masih banyak yang padat.

Shirakawago dari jauh (Dokumentasi pribadi)

Zoom in Shirakawago dari jauh (Dokumentasi pribadi)

Shirakawago ini adalah kampung tradisional Jepang di Gifu-Toyama, yang terkenal dengan bentuk rumah-rumahnya yang sudah berumur 250 tahun, yang konon dibangun dengan tangan penduduknya sendiri. Kampung ini dinyatakan sebagai UNESCO World Heritage Site pada tahun 1995.


Bentuk rumah di Shirakawago (Dokumentasi pribadi)

Unik dan gemas banget (Dokumentasi pribadi)

Jembatan di sekitar Shirakawago. Bagus banget pemandangannya. (Dokumentasi pribadi)

Kami pun beristirahat di hotel sekitar Gifu.

Day 5

Perjalanan hari ke-5 dimulai dengan mengunjungi masjid di Gifu yang mungil tapi seneng aja lihatnya.

Masjid pertama yang dibangun di Gifu (Dokumentasi pribadi)


Salah satu sudut Masjid Gifu. (Dokumentasi pribadi)

Ibu-ibu banyak menghabiskan waktu di sini untuk shalat Dhuha. Setelah itu kami mampir ke jalan yang memiliki arsitektur khas Jepang di Takayama.
Entah kenapa foto-foto di Takayama sepertinya hilang semua, hanya tersisa foto di post Instagram-ku yang ini di slide terakhir (Dokumentasi pribadi)

Dari situ kami melaju lagi. Mas Adam membawa kami ke suatu parkiran. "Saya akan membawa Ibu-ibu ke tempat yang Ibu-ibu pasti suka." Oh.. ternyata di parkiran tersebut ada jejeran pohon sakura yang lagi di puncak mekarnya! Masya Allah, bagus banget...


Bagus banget, masya Allah (Dokumentasi pribadi)

Pohon sakura dari jauh. Zoom out ceritanya. Bener kan parkiran? (Dokumentasi pribadi)

Setelah itu, perjalanan kami dilanjutkan ke Kyoto.

Arashiyama Valley (Dokumentasi pribadi)


Bamboo Forest Arashiyama (Dokumentasi pribadi)

Bamboo Forest Arashiyama (Dokumentasi pribadi)

Lalu menuju ke Osaka menggunakan Shinkansen.

Shinkansen dari luar (Dokumentasi pribadi)


Shinkansen dari dalam (Dokumentasi pribadi)

Sampai di Osaka, kami foto-foto di Dotonbori.

Billboard neon yang terkenal (Dokumentasi pribadi)

Zoom in billboard neon di Dotonbori. Yang terkenal adalah iklan Glico yang sangat iconic itu. (Dokumentasi pribadi)

Keramaian Dotonbori (Dokumentasi pribadi)

Plang jalan heboh (Dokumentasi pribadi)

Ibu-ibu pun banyak menghabiskan waktunya untuk berbelanja di jalan-jalan yang ramai ini.

Day 6

Hari terakhir kami berwisata di Jepang diisi agenda bermain di Universal Studios. Aku jelas menang banyak. Ini saatnya aku mengunjungi Hogwarts! Dan, seperti sebelumnya, Ibu-ibu cepat bosan dan memilih untuk melakukan hal lain di luar Universal Studios. Namun kali ini Mama memilih bersamaku, yihii. Walaupun beliau gak tertarik dengan  Harry Potter.

Aku serasa jalan ke Hogwarts, terlalu senang (Dokumentasi pribadi)

Menara Hogwarts (Dokumentasi pribadi)

Menara Hogwarts yang lain (Dokumentasi pribadi)

 Toko Magic Wand (Dokumentasi pribadi)

Foto di poster ala-ala

Lampu neon di sekitar komplek hotel Universal Studios (Dokumentasi pribadi)

***

Begitulah perjalananku! Hope you enjoy the post. Maaf banget kalau banyak omong, walau makin ke akhir makin diem karena kayak.. cerita apalagi ya aku kayaknya emang cuma menikmati pemandangan dan momen deh… Xixi.

Overall, Jepang emang bagus banget deh. Dan recommended dikunjungi di semua musim. Kayaknya, kalau ada kesempatan, setelah umrah dan naik haji, temen-temen perlu banget ke Jepang sekali seumur hidup karena emang sebagus itu dan gak ngebosenin. Seminggu kayak yang kulakukan itu pas banget kalau bisa nyewa tour guide. Kalau seminggu tanpa amusement park… Kureng tapi ya, dua minggu deh, karena amusement park Jepang tuh, aduh, sayang banget kalau dilewatin!

Sampai ketemu lagi di postingan selanjutnya!

Comments

Popular Posts