Hari yang Aneh
Helloooooooo good evening guys! Lohahaha jam segini (22:20) kok masih evening ya? Ya soalnya kalo good night kan buat perpisahan, ya gak? Hahahahaa (sotoy)
Hmm sekarang tu aku pengen nyeritain pengalaman yang menurutku cukup aneh haha. Begini ceritanya.
Cerita ini berawal sejak aku diberi tugas presentasi ekonomi bersama kelompokku, yaitu Della, Nenna, Icha dan Elsa. Sejak awal pemberian tugas, aku sudah membagi-bagi tugas yang harus dikerjakan tiap orangnya, walaupun pembagian fixnya selesai pada hari jumat tanggal 19 Feb. Deadline tugas ini ditetapkan sang guru ekonomi pada hari senin tanggal 22 Feb. Pembagian tugasnya secara garis besar adalah: aku dan Icha merangkum bab dari buku yang aku punya, Della dan Nenna merangkum bab dari buku yang Della punya, sedangkan Elsa kebagian merangkum bab dari bahan ajar yang guru kami beri. Lalu kami berencana mengerjakan tugas itu pada hari sabtu dan minggu, dan datanya dikirim via email kepadaku, karena aku juga bertugas mengumpulkan data mereka serta memasukkan data-data tersebut ke dalam slide-slide presentasi.
Karena berpikir tugas tersebut mudah, akhirnya pada hari sabtu dan minggu aku memilih untuk lebih berkonsentrasi pada tugas film bahasa inggris bersama teman sekelompokku yang merupakan kru film juga. Pengerjaan film tersebut baru dihentikan pada hari minggunya pada waktu maghrib. Otomatis aku hanya punya waktu semalam untuk menyelesaikan tugas ekonomi tersebut. Aku mengecek emailku, dan melihat bahwa semua teman sekelompok ekonomi ku memang sudah menyelesaikan serta mengirim tugas ekonomi mereka kepadaku. Lalu, aku pun berkonsentrasi membuat video pembukaan pada slide presentasiku.
Setelah itu, aku pun baru memulai memasukkan isi pada slide presentasi tersebut. Waktu sudah menujukkan jam 10 malam, dan aku baru ingat bahwa aku belum merangkum bagianku! Lambat sekali. Akhirnya aku memasukkan isi yang telah teman-temanku buat lebih dulu, dan ternyata tidak semudah yang aku pikirkan. Aku harus mengerti materi yang mereka buat, baru aku bisa memasukannya, bukan sekedar copy-paste ternyata. Lalu aku pun harus merangkum bagianku dan memasukkannya ke dalam slide. Aku pun harus menentukan kompetensi
dasar dan lain-lain ke dalamnya. Ternyata itu semua tidak mudah! Membuat presentasi yang efektif dan mudah dimengerti, itu benar-benar tidak mudah! Bayangkan, aku membuat itu selama 4 jam (hingga jam 2 malam) dan itupun belum selesaaaaai...............................
Sialnya, mamaku mendengar suara tv yang menemaniku mengerjakan tugasku dari dalam kamarnya. Beliau bangun, menyalakan lampu, terkaget-kaget melihatku, mulai memberikan wajah tak enak, ancang-ancang, lalu mengomel yang aku tahu jika beliau tahu aku mendengarkan beliau akan terus menceramahiku selama paling sedikit setengah jam. Ibuku tak suka aku tidur tengah malam, apalagi begadang. Ia mau aku cepat-cepat tidur dan menghentikan semua pekerjaanku pada malam hari. Tahu akan hal itu, aku segera menyimpan
file presentasi tersebut, dan masuk cepat-cepat ke dalam kamarku, agar beliau tidak usah panjang lebar menceramahiku selama setengah jam untuk menyuruhku tidur, padahal untuk menyuruhku tidur kan tidak perlu repot-repot seperti itu.
Pagi harinya, aku bangun telat (seperti biasanya) dengan kepala yang pusing. Benci sekali rasanya mengetahui hari itu adalah hari senin, sedangkan tugas ekonomiku belum selesai. Apalagi aku bangun telat, tidak ada waktu untuk mengerjakannya kembali. Akhirnya aku mempunyai ide untuk memelas pada ibuku untuk tidak sekolah, dengan alasan kepala pusing.
Akupun mengadukan hal itu pada ibuku dan memohon agar dibolehkan tidak bersekolah. Namun tampaknya beliau mengetahui niatku. Beliau akhirnya memaksaku untuk mengungkapkan alasan sebenarnya mengapa aku tak mau sekolah. Akupun menceritakan yang sejujurnya padanya. Namun kata beliau, perilakuku itu buruk, buruk sekali. Lari dari tanggung jawab dan akan merugikan teman-teman sekelompokku. Ibuku juga bilang itu akibat dari menunda-nunda pekerjaan. Aku sebenarnya tidak terima dengan perkataan ibuku. Namun karena aku tahu itu adalah egoku yang berbicara dan apa yang dikatakan ibuku itu adalah benar, aku tidak mau membantah. Lalu kata ibuku bagaimanapun caranya aku tetap harus masuk sekolah.
Aku kembali berpikir, jika aku tetap masuk sekolah dengan jam yang sama dengan membawa tugas ekonomi yang belum selesai, aku akan terlambat ke sekolah seperti biasanya PLUS aku akan mengecewakan teman-teman sekelompokku. Mereka akan menganggap aku mengingkari janji, tak bertanggungjawab, tidak bisa dipercaya apalgi diandalkan. Aku tahu mereka akan merasakannya dalam hatinya, walaupun mereka tak mengucapkannya. Mereka adalah teman-teman terdekatku, tentu saja aku tak mau mengecewakan mereka.
Akhirnya, dengan saran ibuku pula, aku memutuskan untuk menyelesaikan tugas presentasi ekonomi tersebut sampai benar-benar selesai, lalu berangkat sekolah kapanpun selesainya. Ibuku menungguku sampai aku selesai, memberiku minum air hangat, menyuapiku sarapan, rasanya konyol sekali.
Akhirnya aku selesai mengerjakan tugasku pada jam setengah 9. Aku segera bersiap-siap 'berangkat sekolah', dan yang mengantarkanku adalah ayah dan ibuku. Mereka berdua berencana jika pak satpam atau guruku tidak membolehkanku masuk ke dalam kelas bahkan sekolah, mereka akan berbicara padanya, membujuknya, dan - paling parah - melobinya. Orangtuaku tetap bersikeras melakukan hal itu saat aku mengatakan bahwa mereka tak perlu melakukan hal itu. Selama di mobil, pikiranku tak bisa fokus pada satu hal: menjawab SMS teman-temanku yang sibuk menanyakan aku di mana dan apakah aku sekolah atau tidak; atau mendengarkan omelan dan tawaan selama perjalanan ke Jalan Solontongan No. 3.
Tibalah aku di gerbang sekolah. Dengan hati kecut dan ciut, aku melangkah ke dalamnya dengan membawa tas superberat berisi buku-buku tebal dan sebuah laptop besar lengkap dengan mouse dan chargernya. Orangtuaku berjaga-jaga di jalan depan.
Sudah kuduga. Pak Satpam berjaga di sana.
"Pak," Aku tersenyum paksa dan menyapa hati-hati. Si Pak Satpam yang super ganteng itu membalas senyumanku. "Telat, Dek?" Dan aku hanya mengangguk serta kembali tersenyum paksa. "Sok masuk aja," ucapnya lagi.
Aku terkaget. Begitu mudahnyakah? Aku langsung mengucapkan terima kasih serta berlari menuju kelasku. Ya, aku tahu, tantangan belum berakhir. Aku masih harus menghadapi guru magang matematikaku yang galak. Tampaknya ibu dan ayahku masih berjaga di luar sekolah, menunggu SMS tanda aman dariku.
Di tengah jalan aku bertemu guru matematikaku yang senior. Beliau hanya bertanya padaku, "Delia, ke mana aja?" dan aku hanya tersenyum semanis mungkin dan menjawab, "Iya pak, tadi ada urusan di rumah".
Tiba aku di depan kelas, dan aku berhadapan dengan teman-temanku yang sedang duduk-duduk santai di koridor. Seperti yang sudah kuduga, mereka menyambutku dengan sorakan dan tepuk tangan, mengecek apakah aku masih bermimpi atau tidak, mengira-ngira jam
berapa aku bangun, 'memujiku' atas keterlambatanku dan tasku yang besar dan berat, dan menyanyakan untuk apa sebenarnya aku masih memilih untuk masuk sekolah. Aku hanya bilang bahwa aku bangun benar-benar telat dan ibuku menyuruhku untuk tetap masuk sekolah - itu adalah jawaban yang mereka duga dan harapkan. Dan ternyata guru matematikaku yang seharusnya mengajar sedang mengadakan remedial ulangan di kelasku, sehingga ia tidak mengajar dan itulah alasan mengapa teman-temanku duduk-duduk santai di koridor. Ternyata mereka hanya tidak remedial.
Aku menghela nafasku, capek dan lega. Aku langsung mengirim SMS pada ibuku bahwa aku aman sekarang.
Lalu tiba pelajaran ekonomi. Benar saja, guru ekonomiku langsung menagih tugas kami. Dan ternyata, banyak kelompok yang anggotanya tidak lengkap, serta beralasan bahwa tugas tersebut ada di anak-anak yang tidak masuk itu. Ada juga yang anggotanya lengkap, tetapi tugasnya belum selesai dan mereka mengerjakan dengan rusuhnya dan mengatakan mereka belum bisa memperlihatkannya. Saat kelompokku ditanya, dengan bangga aku bilang sudah selesai walaupun tampilannya masih sangat sederhana. Guruku memintaku untuk memperlihatkan tugasnya itu kepadanya. Aku dan kelompokku pun menunjukannya. Dengan puas, guru ekonomiku memuji kelompokku dan memberi kami modal nilai ketepatan paling besar.
Aku sangat bangga akan hal itu. Ternyata kerja kerasku dihargai dan tanggung jawab itu ada buahnya. Aku tidak jadi mengecewakan kelompokku. Aku pun dalam hati berterimakasih pada orangtuaku, mereka adalah yang terbaik.
Sering sekali aku ditanya serius, apa sebenarnya yang menjadi alasan aku terlambat sangat parah hari itu. Aku tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya menjawab aku bangun sangat telat dan ibuku menyuruhku untuk tetap masuk hari itu. Tidak ada yang benar-benar tahu apa yang sebenarnya alasanku.
Dan teman-teman, jika kalian masih penasaran dengan pertanyaan itu, maka jawabannya hanya ada di blogku. Postingan inilah jawabannya. :)
Hmm sekarang tu aku pengen nyeritain pengalaman yang menurutku cukup aneh haha. Begini ceritanya.
Cerita ini berawal sejak aku diberi tugas presentasi ekonomi bersama kelompokku, yaitu Della, Nenna, Icha dan Elsa. Sejak awal pemberian tugas, aku sudah membagi-bagi tugas yang harus dikerjakan tiap orangnya, walaupun pembagian fixnya selesai pada hari jumat tanggal 19 Feb. Deadline tugas ini ditetapkan sang guru ekonomi pada hari senin tanggal 22 Feb. Pembagian tugasnya secara garis besar adalah: aku dan Icha merangkum bab dari buku yang aku punya, Della dan Nenna merangkum bab dari buku yang Della punya, sedangkan Elsa kebagian merangkum bab dari bahan ajar yang guru kami beri. Lalu kami berencana mengerjakan tugas itu pada hari sabtu dan minggu, dan datanya dikirim via email kepadaku, karena aku juga bertugas mengumpulkan data mereka serta memasukkan data-data tersebut ke dalam slide-slide presentasi.
Karena berpikir tugas tersebut mudah, akhirnya pada hari sabtu dan minggu aku memilih untuk lebih berkonsentrasi pada tugas film bahasa inggris bersama teman sekelompokku yang merupakan kru film juga. Pengerjaan film tersebut baru dihentikan pada hari minggunya pada waktu maghrib. Otomatis aku hanya punya waktu semalam untuk menyelesaikan tugas ekonomi tersebut. Aku mengecek emailku, dan melihat bahwa semua teman sekelompok ekonomi ku memang sudah menyelesaikan serta mengirim tugas ekonomi mereka kepadaku. Lalu, aku pun berkonsentrasi membuat video pembukaan pada slide presentasiku.
Setelah itu, aku pun baru memulai memasukkan isi pada slide presentasi tersebut. Waktu sudah menujukkan jam 10 malam, dan aku baru ingat bahwa aku belum merangkum bagianku! Lambat sekali. Akhirnya aku memasukkan isi yang telah teman-temanku buat lebih dulu, dan ternyata tidak semudah yang aku pikirkan. Aku harus mengerti materi yang mereka buat, baru aku bisa memasukannya, bukan sekedar copy-paste ternyata. Lalu aku pun harus merangkum bagianku dan memasukkannya ke dalam slide. Aku pun harus menentukan kompetensi
dasar dan lain-lain ke dalamnya. Ternyata itu semua tidak mudah! Membuat presentasi yang efektif dan mudah dimengerti, itu benar-benar tidak mudah! Bayangkan, aku membuat itu selama 4 jam (hingga jam 2 malam) dan itupun belum selesaaaaai...............................
Sialnya, mamaku mendengar suara tv yang menemaniku mengerjakan tugasku dari dalam kamarnya. Beliau bangun, menyalakan lampu, terkaget-kaget melihatku, mulai memberikan wajah tak enak, ancang-ancang, lalu mengomel yang aku tahu jika beliau tahu aku mendengarkan beliau akan terus menceramahiku selama paling sedikit setengah jam. Ibuku tak suka aku tidur tengah malam, apalagi begadang. Ia mau aku cepat-cepat tidur dan menghentikan semua pekerjaanku pada malam hari. Tahu akan hal itu, aku segera menyimpan
file presentasi tersebut, dan masuk cepat-cepat ke dalam kamarku, agar beliau tidak usah panjang lebar menceramahiku selama setengah jam untuk menyuruhku tidur, padahal untuk menyuruhku tidur kan tidak perlu repot-repot seperti itu.
Pagi harinya, aku bangun telat (seperti biasanya) dengan kepala yang pusing. Benci sekali rasanya mengetahui hari itu adalah hari senin, sedangkan tugas ekonomiku belum selesai. Apalagi aku bangun telat, tidak ada waktu untuk mengerjakannya kembali. Akhirnya aku mempunyai ide untuk memelas pada ibuku untuk tidak sekolah, dengan alasan kepala pusing.
Akupun mengadukan hal itu pada ibuku dan memohon agar dibolehkan tidak bersekolah. Namun tampaknya beliau mengetahui niatku. Beliau akhirnya memaksaku untuk mengungkapkan alasan sebenarnya mengapa aku tak mau sekolah. Akupun menceritakan yang sejujurnya padanya. Namun kata beliau, perilakuku itu buruk, buruk sekali. Lari dari tanggung jawab dan akan merugikan teman-teman sekelompokku. Ibuku juga bilang itu akibat dari menunda-nunda pekerjaan. Aku sebenarnya tidak terima dengan perkataan ibuku. Namun karena aku tahu itu adalah egoku yang berbicara dan apa yang dikatakan ibuku itu adalah benar, aku tidak mau membantah. Lalu kata ibuku bagaimanapun caranya aku tetap harus masuk sekolah.
Aku kembali berpikir, jika aku tetap masuk sekolah dengan jam yang sama dengan membawa tugas ekonomi yang belum selesai, aku akan terlambat ke sekolah seperti biasanya PLUS aku akan mengecewakan teman-teman sekelompokku. Mereka akan menganggap aku mengingkari janji, tak bertanggungjawab, tidak bisa dipercaya apalgi diandalkan. Aku tahu mereka akan merasakannya dalam hatinya, walaupun mereka tak mengucapkannya. Mereka adalah teman-teman terdekatku, tentu saja aku tak mau mengecewakan mereka.
Akhirnya, dengan saran ibuku pula, aku memutuskan untuk menyelesaikan tugas presentasi ekonomi tersebut sampai benar-benar selesai, lalu berangkat sekolah kapanpun selesainya. Ibuku menungguku sampai aku selesai, memberiku minum air hangat, menyuapiku sarapan, rasanya konyol sekali.
Akhirnya aku selesai mengerjakan tugasku pada jam setengah 9. Aku segera bersiap-siap 'berangkat sekolah', dan yang mengantarkanku adalah ayah dan ibuku. Mereka berdua berencana jika pak satpam atau guruku tidak membolehkanku masuk ke dalam kelas bahkan sekolah, mereka akan berbicara padanya, membujuknya, dan - paling parah - melobinya. Orangtuaku tetap bersikeras melakukan hal itu saat aku mengatakan bahwa mereka tak perlu melakukan hal itu. Selama di mobil, pikiranku tak bisa fokus pada satu hal: menjawab SMS teman-temanku yang sibuk menanyakan aku di mana dan apakah aku sekolah atau tidak; atau mendengarkan omelan dan tawaan selama perjalanan ke Jalan Solontongan No. 3.
Tibalah aku di gerbang sekolah. Dengan hati kecut dan ciut, aku melangkah ke dalamnya dengan membawa tas superberat berisi buku-buku tebal dan sebuah laptop besar lengkap dengan mouse dan chargernya. Orangtuaku berjaga-jaga di jalan depan.
Sudah kuduga. Pak Satpam berjaga di sana.
"Pak," Aku tersenyum paksa dan menyapa hati-hati. Si Pak Satpam yang super ganteng itu membalas senyumanku. "Telat, Dek?" Dan aku hanya mengangguk serta kembali tersenyum paksa. "Sok masuk aja," ucapnya lagi.
Aku terkaget. Begitu mudahnyakah? Aku langsung mengucapkan terima kasih serta berlari menuju kelasku. Ya, aku tahu, tantangan belum berakhir. Aku masih harus menghadapi guru magang matematikaku yang galak. Tampaknya ibu dan ayahku masih berjaga di luar sekolah, menunggu SMS tanda aman dariku.
Di tengah jalan aku bertemu guru matematikaku yang senior. Beliau hanya bertanya padaku, "Delia, ke mana aja?" dan aku hanya tersenyum semanis mungkin dan menjawab, "Iya pak, tadi ada urusan di rumah".
Tiba aku di depan kelas, dan aku berhadapan dengan teman-temanku yang sedang duduk-duduk santai di koridor. Seperti yang sudah kuduga, mereka menyambutku dengan sorakan dan tepuk tangan, mengecek apakah aku masih bermimpi atau tidak, mengira-ngira jam
berapa aku bangun, 'memujiku' atas keterlambatanku dan tasku yang besar dan berat, dan menyanyakan untuk apa sebenarnya aku masih memilih untuk masuk sekolah. Aku hanya bilang bahwa aku bangun benar-benar telat dan ibuku menyuruhku untuk tetap masuk sekolah - itu adalah jawaban yang mereka duga dan harapkan. Dan ternyata guru matematikaku yang seharusnya mengajar sedang mengadakan remedial ulangan di kelasku, sehingga ia tidak mengajar dan itulah alasan mengapa teman-temanku duduk-duduk santai di koridor. Ternyata mereka hanya tidak remedial.
Aku menghela nafasku, capek dan lega. Aku langsung mengirim SMS pada ibuku bahwa aku aman sekarang.
Lalu tiba pelajaran ekonomi. Benar saja, guru ekonomiku langsung menagih tugas kami. Dan ternyata, banyak kelompok yang anggotanya tidak lengkap, serta beralasan bahwa tugas tersebut ada di anak-anak yang tidak masuk itu. Ada juga yang anggotanya lengkap, tetapi tugasnya belum selesai dan mereka mengerjakan dengan rusuhnya dan mengatakan mereka belum bisa memperlihatkannya. Saat kelompokku ditanya, dengan bangga aku bilang sudah selesai walaupun tampilannya masih sangat sederhana. Guruku memintaku untuk memperlihatkan tugasnya itu kepadanya. Aku dan kelompokku pun menunjukannya. Dengan puas, guru ekonomiku memuji kelompokku dan memberi kami modal nilai ketepatan paling besar.
Aku sangat bangga akan hal itu. Ternyata kerja kerasku dihargai dan tanggung jawab itu ada buahnya. Aku tidak jadi mengecewakan kelompokku. Aku pun dalam hati berterimakasih pada orangtuaku, mereka adalah yang terbaik.
Sering sekali aku ditanya serius, apa sebenarnya yang menjadi alasan aku terlambat sangat parah hari itu. Aku tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya menjawab aku bangun sangat telat dan ibuku menyuruhku untuk tetap masuk hari itu. Tidak ada yang benar-benar tahu apa yang sebenarnya alasanku.
Dan teman-teman, jika kalian masih penasaran dengan pertanyaan itu, maka jawabannya hanya ada di blogku. Postingan inilah jawabannya. :)
Comments
Post a Comment