Seruway - Pulau Kampai

Hai kawan-kawan! Waktu menunjukkan pukul 0:06 di mana mata saya masih melek lebar dan akhirnya memutuskan buat ngeblog! Ha ha, ini kebiasaan udah parah banget: being nocturnal. Udah 3 hari (apa lebih ya?) tidur jam 2 malem (itu juga gara2 kepergok mama masih melek depan komputer) dan bangun jam 9-setengah 10, engga tau kenapa. Sampe dibilang teman-sesama-online-at-midnight, 'delia udah spesialis banget nih online tengah malam'. Yaa mumpung liburan, kapan lagi bisa begadang asek kaya gini. Asal waktu tidur tetap terjaga, ya ga? *sesat Kali ini, ada apa di queenodelsdiaries.blogspot.com? It's not curhatan ga guna atau postingan ala novel sentimentil! Ini adalah postingan dari draft yang udah ditinggal setelah bertahun lamanya: Catatan Perjalanan. Yeah, akhirnya berhasil di post juga. Masalah terbesar dari postingan ini adalah ngepublish foto-fotonya. Berhubung banyak, jadi lama, males dech. Ini adalah catatan perjalanan saat saya berlibur ke kampung halaman orangtua saya tercinta pada lebaran tahun 2009, yaitu Seruway dan Pulau Kampai. Postingan ini adalah wujud dari 3 obsesi palsu tapi kepengen mesem-mesem saya, yaitu jadi jurnalis, traveller, dan fotografer, yaa walaupun amatir - wayahna. Foto-foto di bawah ini saya ambil menggunakan kamera compact (pocket camera) sony cybershot (lupa tipe/jenisnya). Dengan angle seadanya, dan tanpa editan. Dan inilah liputannya..
JRENG JRENG JRENG!
---------------------------------------------------------
Liburan lebaran kali ini, aku dan keluargaku akan pulang kampung ke tanah kelahiran ibuku, Seruway, Nanggroe Aceh Darussalam, dan tempat kelahiran nenekku, Pulau Kampai, Sumatera Utara, untuk yang kesekian kalinya. Perjalanan kami dimulai dari Bandung menuju ke Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, lalu menuju ke Medan dengan menggunakan pesawat. Sampai di Bandara Polonia, kami dijemput oleh salah satu dari sekian banyak tante dan omku (ibuku 8 bersaudara), lalu menginap di rumah salah satu keluarga dari sekian banyak saudara-saudaraku. Kami menetap di Medan selama 3 hari lamanya, sebelum akhirnya pergi ke Seruway untuk mengunjungi kampung halaman ibuku. Dan akhirnya, sore itu, hari Kamis tanggal 17 September 2009, sekitar pukul 17.30 sore hari aku dan keluargaku tiba di rumah almarhumah nenek kami di salah satu pojok Desa Seruway, Aceh Tamiang. Melihat bangunan papan kayu itu, kerinduanku pergi menghilang. Perjalanan kami yang berjarak sekitar kurang lebih 130 km dari Kota Medan yang ditempuh kira-kira empat jam itu terbayar penuh oleh angin sepoi-sepoi desa asal ibuku berada tersebut. Sejak sore itu, kami menikmati liburan kami selama 8 hari di desa yang masih berbau melayu tersebut. Cihuyyy :D Hari Pertama (Jumat, 18 September 2009) Hari pertama ini aku tertarik pergi ke Hari Pekan. Hari Pekan diadakan penduduk setempat setiap hari Jumat, yang di mana hari ini adalah salah satu kebudayaan khas Seruway. Hari Pekan adalah semacam hari di mana pasar dadakan digelar sesudah shalat Jumat. Hari Pekan bisa diartikan sebagai perayaan hari Jumat, yang merupakan hari yang istimewa bagi umat Islam. Di Hari Pekan, kita bisa menemukan berbagai macam kebutuhan seperti beras, hasil laut (seperti ikan, udang, kepiting, dan cumi-cumi), pakaian, pernak-pernik, dan sebagainya. Namun, yang paling menarik dari Hari Pekan adalah berbagai makanan dan jajanan khas Seruway, seperti mie aceh, bubur pedas, misop (miso), es campur, dan sebagainya.
Mie Aceh - Jika kalian belum pernah mencobanya, rugi sekali
Tawar-menawar membeli durian
Kue semacam martabak, tetapi isinya sirup gula merah dan potongan kacang
Keramaian Hari Pekan
Hari Kedua (Sabtu, 19 September 2009) Kebetulan hari itu adalah hari terakhir sebelum Hari Idul Fitri, yang biasa disebut Munggahan. Pada Munggahan, orang-orang biasanya mempersiapkan hidangan hari Lebaran, dan terkadang diwarnai oleh acara pemotongan sapi.
Tidak ada yang absen dari Munggahan - Para pemuda pun ikut sibuk berpartisipasi
Tanteku yang sedang mempersiapkan daun pisang yang akan digunakan untuk membungkus lontong
Hari Ketiga (Minggu, 20 September 2009) It was the time! Hari itu adalah Hari Lebaran, yang merupakan puncak dari liburan kami. Pada hari itu saudara-saudara kami dari Medan berdatangan dan menginap sama-sama denganku dan keluargaku. Kami shalat ied dan mendengarkan khotbah bersama di masjid Seruway. Tak jarang orang menitikkan air mata saat khatib berkata-kata di dalam khotbahnya. Setelah itu, kami pun bersilaturahmi mendatangi rumah-rumah, dari rumah satu ke rumah yang lainnya untuk mengucapkan selamat Idul Fitri juga untuk bermaafan. Ibuku justru terkadang sibuk bernostalgia dengan si empunya rumah yang merupakan teman sekolahnya dulu. Dan setelah kusadari, ternyata seluruh penduduk Desa Seruway adalah saudara satu sama lainnya. Di mana-mana ibuku disapa semua orang, yang ternyata itu semua adalah saudaranya. Hahaha, menurutku itu unik sekali, karena di kota aku tak pernah menemukan hal semacam itu.
Makanan khas Lebaran
Ketupat - Alternatif dari Lontong
Hari Keempat (Senin, 21 September 2009) Nah, hari itu adalah waktunya kami mengunjungi tambak ikan yang baru saja dibeli oleh ayahku. Perjalanan ke tambak ikan tersebut kira-kira kami tempuh selama setengah jam dari pusat Desa Seruway. Sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh, namun rusaknya jalan menghambat laju mobil yang kami tumpangi. Mobil kami berkali-kali masuk ke dalam kubangan dan butuh perjuangan cukup keras untuk mengeluarkannya dan melanjutkan perjalanan. Tapi semua rasa lelah terhapuskan saat kami sampai di tambak yang kami tuju. Begitu luas tambak menghampar sejauh mata memandang, damai sekali rasanya. Kami pun mengitari tambak-tambak itu dengan berjalan di jalan setapak yang tanahnya adalah tanah pasir sambil memunguti kerang-kerang. Setelah menemukan tambak yang kira-kira subur, para lelaki kebagian tugas memancing, sedangkan para perempuan memasak. Walaupun dengan peralatan memasak yang seadanya (apinya dari kayu bakar), ditemani kecap dan sambal, kami makan ikan-ikan itu dengan nikmat.
Tambak - sejauh mata memandang
Perahu kecil untuk menyebrang sungai
Jembatan seadanya
Ayah membakar ikan hasil pancing
Hasil pancing pertama Ali!
Saung di tengah tambak
Memasang kait pancingan
Memancing
Hari Kelima (Selasa, 22 September 2009) Hari kelima ini aku manfaatkan untuk full keliling-keliling desa Seruway dan melihat sudut-sudut menarik dari desa ini.
Istana Raja Seruway
Slogan kebersihan khas Seruway
Pohon-pohon pinang
Mencuci sepeda
Rumah tradisi Aceh
Lembu = Sapi
Masjid Seruway
Pekong - Sebutan untuk kuil masyarakat Tionghoa Konghucu di Seruway (dari luar)
Pekong (dari dalam)
Hari Keenam (Rabu, 23 September 2009) Hari keenam ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu. Kenapa? Karena kami akan pergi ke Pulau Kampai! Pulau Kampai ini adalah kampung halaman almarhumah nenekku. Walaupun berada di perbatasan Sumut-Aceh, Pulau Kampai ini termasuk di Provinsi Sumut. Pantainya masih asli, tata kota (desa) nya juga unik. Tetapi karena banyaknya sampah gergaji yang dibuang ke laut, pantai yang bernama Pangkalan Berawe ini sudah berkurang tingkat kebersihannya. Sayang sekali, potensi pantai ini tidak dimanfaatkan sebagai tempat wisata oleh pemerintah, sehingga pantai ini terkesan 'terlantar'. Ironisnya, Pulau ini bahkan tidak ada di dalam peta Indonesia, Sumatera ataupun Sumatera Utara. Padahal kalau dimanfaatkan dan dijadikan tempat wisata, sangat lumayan untuk devisa negara Indonesia ini.
Gerbang Selamat Datang
Bule Kampung
Pelabuhan Pulau Kampai Jalan utama di Pulau Kampai
Perahu yang Terdampar
Plang Pantai Berawe, Pulau Kampai Suasana Pantai Berawe
Mengumpulkan remis
Bermain di pantai Bermain dan Tertawa
Hari Ketujuh (Kamis, 24 September 2009) Hari ketujuh? Kami pergi ke Langsa (Ibukota Kabupaten Aceh Timur) untuk membeli berbagai oleh-oleh khas Aceh such as kopi Aceh, tas-tas dan dompet-dompet motif Aceh, rencong, dll. Finalnya, kami mampir ke restoran di pinggiran kota Langsa yang terkenal akan mie kepitingnya!
Mie Kepiting dan Es Kelapa Muda
Wuihhh itu mantap banget! Enak banget sumpaaaah hahaha udah pedes gara-gara kuah karinya, tambah lada, tambah sambel lagi! Hahahaha gilaaaaaaaa XD
Hari Kedelapan (Jumat, 25 September 2009) Yaaaah waktunya pulang deh! Rasanya belum puas menikmati segala keindahan dan kenikmatan Desa Seruway, Pulau Kampai, dan serba-serbinya. 8 hari sudah kami di sini meninggalkan kesan dan kepuasan liburan, rasanya jika ada kesempatan lagi ingin sekali kami kembali ke sana, kembali menikmati segala kenikmatan yang tidak bisa didapat di mana pun. :)
Ucapan perpisahan dari Seruway
Masjid Azizi di Tanjung Pura, Langkat, bertemu di perjalanan pulang~ ***

Comments

  1. Home sweet home...
    wah.., sayang sekali gak ada foto sungai seruway. ^^

    ReplyDelete
  2. iyaa hehe enggak sempet ke sananya, orang seruway juga ini? :)

    ReplyDelete
  3. lha.. itu pekong kan deket sungai,
    menurut aku sih panoramanya cukup bagus kalo udah sore.
    iya orang seruway juga, salam kenal ya delia.. :)

    ReplyDelete
  4. oooh maksudnya sungai di situu, iya gak foto2 di sananyaa. nanti deh dicobain kalo ke sana lagi :D makasih ya masukannya, salam kenal jugaa :)

    ReplyDelete
  5. Sorry, delia orang seruway, atau bandung sich,,,
    aku orang seruway juga pernah netab dibandung setahun
    salam kenal ya

    ReplyDelete
  6. oh ya satu lagi bukan munggahan, tp meugang (1 Hari Sebelum Lebaran)

    ReplyDelete
  7. salam kenal iwan :) mamaku orang seruway tapi aku tinggal di bandung, kalau mudik pasti ke seruway hehehe. makasih ya komentar dan koreksinya :">

    ReplyDelete
  8. msh jauh dri pangkalan susu dek??

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts