Si Mental Tempe

Di tengah-tengah pengerjaan laporan praktikum... Lagi mau share, eh maaf, curhat sih lebih tepatnya, tentang keadaan diri sendiri saat ini. Kalau sekarang kayaknya lagi banyak-banyaknya notes dari para pengguna facebook yang isinya curhat (tapi kebanyakan curhat tentang kegelisahan atas keadaan kampus/negara, tsaaah), mungkin mirip-mirip kayak gitu sih. Tapi notes ini ditulis untuk keadaan yang lebih cetek lagi. Tentang aku yang gak bisa menolong diriku sendiri.

Sebenernya keadaan ini sudah dimulai sejak lama. Sekitar satu semester lalu di mana aku merasa keadaan hidupku mundur beberapa langkah jauh ke belakang. Aku minder, tidak percaya diri, dan malah menurunkan target beberapa tingkat di bawah. Gak ada mental juara lah, istilahnya mah. Di saat orang-orang sudah berpikir dan melakukan sesuatu yang lebih besar, aku masih di tempat yang sama, bahkan mundur jauh ke belakang.

Sebenernya, ada gak sih tahap yang jelas, dalam menuju jalan untuk melakukan hal yang besar? Gak bisa langsung aja gitu kan? Secara gak langsung emang selalu dinasehati orangtua, kitab agama, dan quote-quote yang berseliweran di media sosial yang dishare oleh temen-temen seperjuangan. Kata-katanya gak tepat kaya gini, tapi intinya begini: kalau mau melakukan sesuatu yang besar, harus pandai menghadapi sesuatu yang kecil. Harus pandai memimpin diri sendiri. Itu sih intinya.

Tapi... Kenapa ya.........

Puncaknya adalah hari Kamis kemarin. Saat video-video data praktikum kelompokku di dalam SD card kamera temanku, yang bisa dikatakan bahwa itu adalah nyawa kelompok, hilang tak bersisa saat kumasukkan dalam laptopku. Kata kotak dialognya sih, file-file itu kefragment secara otomatis karena melebihi kapasitas SD card yang digunakan. Tapi toh, saat didemokan temanku sendiri pada laptopnya, kejadian itu tidak terjadi. Tubuhku serasa hilang ditelan bumi. Padahal laporan dikumpul hari Senin shubuh besoknya. Setelah itu, aku cari software untuk recovery dan fix files gitu, dan gak ada yang berhasil. Sampai sekarang SD card itu masih belum bisa kutolong.

Ada satu kejadian juga, minggu lalu, saat secara tidak langsung aku bertanggung jawab terhadap pengumpulan laporan. Senin shubuh juga tuh pengumpulan laporannya. Semua anggota di kelompokku akan menghadapi UTS suatu matkul tertentu, kecuali aku, karena aku tidak mengambil matkul itu. Saat poin-poin laporan itu dikumpulkan padaku, ada salah satu bab yang belum selesai, di mana bab itu bukan menjadi tugasku dan jujur - aku tidak mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Lalu menjelang deadline, aku masih belum mencarinya karena masih merapikan detail-detail laporan tersebut. Aku menghubungi teman-temanku, adakah yang masih bangun untuk membantuku melengkapi bab tersebut. Bab tersebut lalu terlengkapi beberapa menit sebelum deadline. Dengan berbagai teknis yang harus kulakukan, alhasil laporan baru bisa kukirim pada asisten setengah jam setelah deadline. Dan asisten berkata karena keterlambatan ini, nilai laporan kelompok kami akan dikurangi.

Kalau mengingat itu semua, rasanya pundakku sakit, seolah-olah beban di pundakku menekan pundakku lebih dalam. Dalam hal ini, aku gak tau bagaimana bagusnya aku bersikap. Harus merasa bersalahkah karena laptopku yang biasanya baik itu kini membuat masalah yang tak bisa diperbaiki? Harus menumpahkan kekesalankah? Kalau mau marah, marah ke siapa bisanya? Harus bersikap ksatria? Ksatria mana yang gak bisa memperbaiki kesalahannya (kalau itu bisa disebut kesalahanku) sendiri? Aku sendiri merasa sangat bersalah karena beban kelompokku dalam mengerjakan laporan tersebut bertambah berat, dan bahkan nilai kami ada yang dikurangi. Ya.... Aku sangat takut saat orang lain menyalahkanku.

Tapi apa daya, aku harus menghadapinya dengan segala keadaan, di mana aku tahu di situ kepercayaan orang akan jauh berkurang terhadapku. Iya, tau banget. Salah satu perasaan paling buruk di dunia adalah saat mengetahui dirimu takkan bisa dipercaya lagi. Ini mental tempe banget emang. Ditambah lagi dengan sikap introvert-ku terhadap perasaan. Ya... Begini jadinya... Padahal baru mau minggu UTS, tapi semangat sudah terkikis habis.

Gak ada output apa-apa yang kuharapkan dari menulis postingan ini sih. Cuma ingin curhat aja, hehehe. Yang penting perasaan plong.

Sekarang ya aku cuma bisa ngerjain apa yang bisa dikerjain, memperbaiki yang bisa diperbaiki, mempertahankan apa yang bisa dipertahankan. Mereduksi hal-hal yang menghambat, dan berusaha berpikir positif deh. Daripada gila. Temanku sempat mengolokku, "Jangan bunuh diri ya."

Hmm... Padahal janji mau menulis hal-hal besar di blog ini. Malah hal cetek beginian.... Ya, keluhan itu hal yang paling buruk untuk dibagi. Tapi kesedihan itu hal yang paling buruk untuk disimpan.

Lalu saat berperasaan kayak gini, selalu ada momen yang mengandung nasihat yang pas. Yaitu saat iseng menelusuri timeline Line Chat, tiba-tiba ada postingan share yang isinya begini:
"Kenapa aku diuji? 
Quran menjawab dengan Q.S. Al-Ankabut: 2-3 “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." 
Kenapa ujian seberat ini? 
Quran menjawab dengan Q.S. Al-Baqarah: 286 “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” 
Aku frustasi! 
Quran menjawab dengan Q.S. Al-Imran: 139 “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yg paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman” 
Bagaimana aku harus menghadapinya? 
Quran menjawab dengan Q.S. Al-Baqarah: 45 “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat; dan sesungguhnya sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah semata” 
Kepada siapa aku berharap? 
Quran menjawab dengan Q.S. At-Taubah: 129“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal” 
Aku tak sanggup! 
 Quran menjawab dengan Q.S. Yusuf :12 “….dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.” 
Cukup jelas bahwa Allah-lah yang memberi kita cobaan permasalahan, pastilah Allah akan menurunkan pertanyaan beserta jawabannya." 
- sudutinspirasi.com

Huft, Allahu :')

Ada satu hal paling bahagia yang bisa dibagi sekarang: makan siangku sekarang adalah nasi, gulai ayam, dendeng kecap, tumis kangkung, kerupuk. Bahagia banget rasanya, gulai ayam buatan Mama adalah yang paling enak di antara gulai-gulai ayam di seluruh nusantara. Ada yang lebih enak lagi deng, gulai ayam buatan Nenek. Hehehe, Alhamdulillah masih bisa bersyukur.

Oke, gitu aja, harus ngelanjutin laporan deh. Ya, kerjain apa yang bisa dikerjain. Allah pasti nunjukkin jalan. :)

Comments

  1. Bukankah menganggap perasaan sebagai hal cetek itu juga bukti mental tempe mbak? Daripada repot dikendalikan mending tutupi aja perjuangan pencarian semangat kamu sebagai "hal kecil" di dalam blog. Padahal banyak orang yang juga berjuang tanpa henti dalam hal yang mbak sebut "hal cetek" gini, beda sama is blog mbak yang besar-besar ya?? Waah sombong juga. Orang yang kuat itu tidak takut atau men-judge konflik internal dalam dirinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh saya tahu anda siapa? Terima kasih banyak atas komentarnya ^^ Mungkin anda dapat berbagi blog anda juga, saya pengagum komentar anda :)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts