Melbourne, Australia (Part 2)
G-day, Folks! Akhirnya, kupost juga Catatan Perjalanan III : Melbourne, Australia (Part 2) ini setelah Part 1 - nya. Karena pemaksaan diri yang cukup intens, akhirnya muncul kemauan juga di otakku untuk segera menyelesaikannya :')
Ini kali kedua aku ke Melbourne setelah kali pertamanya, tanggal 26 Desember 2009 (libur tahun baru kelas X). Kali ini kami sekeluarga ke Melbourne dalam maksud untuk berlebaran bersama-sama kakak kandungku, suaminya, dan kedua anaknya, sekaligus berlibur juga.
FYI, yang aku post di sini juga langsung dari notes HP-ku yang aku tulis setiap harinya sebelum tidur, kecuali beberap hari terakhir hehehe. Pasti entar keliatan bedanya.
Enjoy! :)
Ini kali kedua aku ke Melbourne setelah kali pertamanya, tanggal 26 Desember 2009 (libur tahun baru kelas X). Kali ini kami sekeluarga ke Melbourne dalam maksud untuk berlebaran bersama-sama kakak kandungku, suaminya, dan kedua anaknya, sekaligus berlibur juga.
FYI, yang aku post di sini juga langsung dari notes HP-ku yang aku tulis setiap harinya sebelum tidur, kecuali beberap hari terakhir hehehe. Pasti entar keliatan bedanya.
------------------------------------------
The Last Seconds
Yah, hari ini adalah hari dimana aku berangkat (lagi) ke Australia. Aku pergi ke Jakarta menggunakan travel jadwal jam 4 sore. Teknisnya, sejam atau setengah jam sebelumnya kami harus berada di tempat. Saat itu masih jam 1. Entah apa yang kulakukan hari itu, aku santai-santai saja, sampai akhirnya aku sadar kalau aku belum selesai memasukkan seluruh baju-bajuku ke dalam koper. Akhirnya - terburu-buru - aku memasukkan semuanya ke dalam koper, belum lagi ada kado untuk mama dan kakakku yang harus kusembunyikan. Alhasil, koperku menjadi gembung sekali. Orangtuaku sempat heran ada apa di dalam koperku. Kuberi tau ayah bahwa ada kado untuk mama dan kakak di dalamnya, dan meminta ayah berjanji untuk merahasiakan hal ini. Aku baru selesai berurusan dengan koperku jam setengah 3, padahal jam setengah 3-lah kami harus mulai berangkat dari rumah ke tempat travel - tempat travel yang bersangkutan cukup jauh. Bodohnya lagi, aku baru sadar bahwa aku belum mandi -______- alhasil aku pergi hanya bermodalkan sikat gigi :D
Aku sampai di Jakarta sekitar jam 6 petang, dan langsung menuju ke Bandara Soetta. Rencananya pesawat kami take-off pada jam 10, maka kami sekeluarga pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di lounge.
Entah kenapa aku merasa
aku akan merindukan teman-temanku, maka aku menghabiskan waktuku di lounge
dengan berinternet ria, guna menghabiskan pulsa Rupiah juga. Di detik-detik
terakhir menuju take-off aku sibuk mengirim chat dan sms untuk
berpamitan, sampai akhirnya salah satu pramugari dalam pesawat menegurku -___- Oh ya, aku
lupa bilang, parfum Nike-ku disita petugas bandara. Siaaaaaaal!
2nd Day (September 6th, 2010)
Goodbye Bandung, Hello Melbourne!
Kami menghabiskan waktu sekitar 5 jam 45 menit di pesawat, dan aku menggunakan hanya 4 jam untuk tidur, alhasil aku sangat sangat mengantuk. Kami tiba di Tullamarine Airport, Melbourne, pukul 06.00 waktu Indonesia atau jam 10.00 waktu Australia.
2nd Day (September 6th, 2010)
Goodbye Bandung, Hello Melbourne!
Kami menghabiskan waktu sekitar 5 jam 45 menit di pesawat, dan aku menggunakan hanya 4 jam untuk tidur, alhasil aku sangat sangat mengantuk. Kami tiba di Tullamarine Airport, Melbourne, pukul 06.00 waktu Indonesia atau jam 10.00 waktu Australia.
Tiba di bandara, aku
langsung mengambil visitors' guide. Perasaanku tidak begitu senang.
Bukan tidak senang karena telah sampai di Negeri Koala itu, tapi... Huft, berat
kukatakan - bahwa perutku sakit karena haid,
sampai otot perutku kram. Argh, yang dapat kulakukan hanyalah mencari
tempat duduk untuk menunggu kakakku menjemput dan menahan rasa sakit di
perutku sambil meringis. Sakitnya membuatku ingin menjerit, tetapi
bayangkan saja: turis dari Indonesia menjerit di bandara Melbourne karena kesakitan haid? No way. Akhirnya dengan segala daya dan upaya
aku memegangi perutku untuk menahan rasa sakitku, dan setiap rasa
sakitku berangsur-angsur hilang aku mencoba untuk menidurkan diri. Setelah
beberapa lama kami menunggu di kursi tunggu, akhirnya kakakku datang
bersama suaminya dan kedua anaknya, keponakanku, Yaala dan Jilan. Oh, seketika semua
kesengsaraan hilang dan aku langsung memeluk mereka. Aku senang sekali
bertemu mereka. Aku sangat merindukan mereka. Yaala sudah berumur 2
tahun 4 bulan sekarang. Rambutnya sudah panjang dan indah. Jilan? Ia
sudah berumur 9 bulan. Ia sudah tumbuh menjadi bayi bermata besar,
pipinya merah merona seperti baju yang dipakainya saat itu. Bang
Deni sudah berkumis, dan ia memutuskan untuk memelihara jenggot
sekarang. Dan kakakku? Ia tetap seperti dulu, cantik, namun yah -
pinggangnya sudah bertambah lebar :)
Yaala |
Jilan |
Akhirnya aku menghirup udara
Australia lagi. Sekarang, Australia resmi dinyatakan telah memasuki musim
semi, namun tetap saja udaranya dingin walaupun tidak seekstrim musim
dingin. 14-16 derajat celcius. Saat aku menginjakkan kakiku keluar
bandara, rasanya seperti masuk lemari es. Diiiiingin sekali! Namun saat
kucoba menghirup udaranya dalam-dalam, rasanya segar, lebih segar
dibandingkan saat aku pertama kali ke sini. Entah fungsi optimal
hidungku yang sudah kembali lagi atau memang udaranya yang bersih.
Bandung - atau mungkin Lembang yang sama-sama dingin (bahkan lebih dingin Melbourne
saat ini), rasanya tidak sesegar ini.
Rumah kakakku terletak jauh dari bandara. Namun jalanan yang kosong membuat kami dapat dengan cepat sampai di rumah kakakku. Rumah kakakku terletak di Clayton, sebuah suburb di Melbourne.
Pertama aku melepaskan sandal dan menginjakkan kakiku pada lantai tak berkarpet di rumah kakakku, aku memekik kecil. Lantainya seperti es! Dinginnya menusuk tulangku. Aku dan adikku, Ali, langsung mencari penghangat ruangan dan menghangatkan diri. Kata kakakku, saat ini, kalau kita menggunakan air tanpa memakai pemanas, lama-lama tulang kita akan sakit. Wah, repot juga ya.
Seharian ini yang kulakukan adalah tidur dan makan. Aku tidur dari waktu Dzuhur sampai waktu Maghrib - maklum, jetlag. Dan yang telah aku makan hari ini adalah: meatloaf, muffin chocochip, buttercake, mie aceh, dan ayam bakar kuah. Selain ayam bakar kuah, semuanya adalah buatan kakakku. Kakakku pandai memasak dan semuanya enak. Tampaknya berat badanku akan sedikit berubah sesampainya di Indonesia nanti.
Yah, hari ini berakhir dengan cukup puas. Aku tak sabar akan hal2 hebat yang akan menantiku esok hari.
Oh iya aku lupa, aku kan, belum mandi :D
3rd Day (September 7th, 2010)
Babysitting, and Don't Forget! Kitchen Task
Aku bangun jam 10 pagi dengan wajah sedikit bengkak karena kebanyakan makan dan tidur. Aku sadar aku harus cepat-cepat bangun agar keadaan ini tidak semakin parah. Kasur yang memakai penghangatlah yang membuatku malas beranjak.
3rd Day (September 7th, 2010)
Babysitting, and Don't Forget! Kitchen Task
Aku bangun jam 10 pagi dengan wajah sedikit bengkak karena kebanyakan makan dan tidur. Aku sadar aku harus cepat-cepat bangun agar keadaan ini tidak semakin parah. Kasur yang memakai penghangatlah yang membuatku malas beranjak.
Tahu bahwa aku sudah bangun, Ibuku langsung menyuruhku sarapan, mandi, cuci piring, dan menjaga Yaala. Aku menyanggupi semuanya karena aku tahu hari ini aku harus banyak bergerak untuk mrnghindari dua kemungkinan tentang tubuhku, membeku atau membengkak. Membeku karena udara yang seperti lemari es atau membengkak karena - yah kau tahu sendiri. Aku mengambil sarapan secukupnya, tidak terlalu banyak. Sedikit nasi goreng dan satu potong ayam bagian paha bawah. Aku mandi dengan air hangat full. Aku mencuci setumpuk piring, setumpuk mangkuk, setumpuk gelas, dan sejumlah pisau, garpu, dan sendok dengan sesemangat mungkin. Itu semua terasa mudah, kecuali saat aku menjaga Yaala.
Bermain bersamanya memang menyenangkan. Kami bermain di kasur, di ruang tv, di ruang tamu, di dapur, di mana saja. Lalu tiba saat ia harus mandi. Ia bilang ia takkan mandi jika tanpa aku, maka aku ikut bersamanya ke dalam kamar mandi. Sesudah mandi, tugasku selanjutnya adalah memakaikannya popok, celana, kaus dalam, baju, dan sweater. Dan tebak, tugasku baru selesai setelah 30 menit lebih. Bah, betapa susahnya menguncinya di sudut ruangan hanya untuk memakaikannya popok. Menurutnya, waktu berpakaian sama dengan waktu bermain ucing-ucingan. Aku harus berlaku seperti polisi yang menangkap penjahat, baru ia pasrah untuk dipakaikan baju. Hufft, tampaknya separuh tenagaku untuk hari ini habis. Waktunya melihat meja makan (mumpung ga puasa) :p
Hmmm.. Hari ini agenda kami adalah pergi ke Dandenong Plaza. Dandenong adalah suburb yang paling dekat dengan Clayton. Banyak muslim yang tinggal di Dandenong ini, entah itu orang Turki, orang Timur Tengah, India, Pakistan, Vietnam, bahkan orang Indonesia atau orang Australianya sendiri. Maka tidak aneh jika banyak perempuan berjilbab yang berlalu lalang di daerah ini.
Sebelum di Dandenong Plaza, kami mampir ke toko daging halal di dekat situ. Beruntungnya, aku dan Ali, adikku, menemukan taman kecil di sebelah toko daging itu. Maka dengan riangnya kami mencoba kamera DSLR Bang Deni dengan berfoto-foto di taman itu.
Ternyata tugas
dapur menungguku pulang dari Dandenong. Ibuku menyuruhku mengupas kentang. Kakakku pun memberiku
sebuah peeler berpisau porselen yang aman untuk membantuku mengerjakan
tugas itu. Rasanya seperti tahanan penjara militer Amerika (coba nonton
film militer Amerika, tahanannya disuruh ngupas kentang :p). Yah mungkin
karena niat yang tidak terlalu ikhlas itu aku terluka saat mengerjakannya. Padahal kata kakakku peeler itu aman, tapi tetap saja aku terluka
-________- mama malah tertawa dan mengatakan itulah akibatnya selalu
menghindari tugas membantu ibu memasak.
Yah, hari ini berakhir tidak begitu baik. Aku masih merasakan ngilunya luka di tangan kananku itu sampai mau tidur. Dan bodohnya, ketika beranjak tidur, kepalaku menghantam dinding. Ayahku yang setengah sadar dengan dinginnya menyahut, "Dasar domba garut."
4th Day (September 8th, 2010)
The Empty Glass
Saat kubangun pada pukul 10 pagi hari, kudapati lukaku belum sembuh juga. Setiap plesternya dibuka, darah segar mengalir dari dalamnya. Padahal biasanya dalam semalam saja luka seperti itu sudah kering. Namun tenyata luka tersebut cukup dalam, sehingga butuh perawatan lebih seperti memberi obat madu khusus untuk mengeringkan luka.
The Empty Glass
Saat kubangun pada pukul 10 pagi hari, kudapati lukaku belum sembuh juga. Setiap plesternya dibuka, darah segar mengalir dari dalamnya. Padahal biasanya dalam semalam saja luka seperti itu sudah kering. Namun tenyata luka tersebut cukup dalam, sehingga butuh perawatan lebih seperti memberi obat madu khusus untuk mengeringkan luka.
Oh ya, hari ini kakakku ulangtahun. Sesudah membereskan lukaku, aku langsung menyiapkan kado yang telah kupersiapkan dari Indonesia kemudian memberikannya dengan sok surprise pada kakakku. Jarang-jarang aku memberikan kado padanya, maka saat kuberikan kado itu, wajahnya terlihat berseri. Aku memberikan sebuah buku Chicken Soup for The New Mom Soul, karena ia memang seorang New Mom. Ditambah sebuah syal hangat, tampaknya ia menyukainya. Lalu ia membaca kartu ucapan yang kuselipkan di dalam kado itu. Ia membacanya keras-keras, dan saat ia membacakan kalimat "terima kasih sudah menjadi kakak terbaikku" ia langsung berteriak, "Thank you, Odeeeel!". Sesaat kuperhatikan ia, jiwa kekanak-kanakannya belum hilang juga, masih seperti dulu walaupun ia sudah punya 2 anak. Hmm, what a sentimental moment :)
Kakakku dan Jilan |
Yaah
harus kukatakan hari ini kami tidak pergi ke mana-mana, hanya mengendap di
rumah. Padahal cuaca sangat bagus untuk pergi keluar. Walau angin dingin
masih saja bertiup, namun matahari sudah mulai mengeluarkan sinarnya
yang hangat. Musim semi semakin menampakkan dirinya ternyata.
Seharian aku makan, bermain bersama Yaala, membantu mamaku, dan tidur. Hariku diakhiri dengan membuka Facebook di Blackberry kakakku. Hmm, baru beberapa hari saja aku merasa banyak hal yang terjadi di sana. Aku tak mengetahui apa-apa karena nomer Indonesiaku pun tak dapat dipakai. Selain memakan biaya besar, memang tak ada pulsa yang tersisa di dalamnya (kere). Kalau ingin mengetahui perkembangan di Indonesia memang harus dari Internet atau stay tune di channel berita.
Yaah aku baru sadar banyak hal yang kutinggalkan dan banyak hal yang menunggu untuk kukerjakan sepulang aku dari sini. Banyak hal pula yang seharusnya kupikirkan. Memikirkan itu, berat rasanya bila ingat aku di sini hanya 2 minggu, karena di kehidupanku yang sebenarnya banyak yang harus kuhadapi. Tapi kata temanku, selama di liburanku ini aku tak perlu mrmikirkan apa2. Apa yang harus kulakukan adalah bersenang-senang dan melupakan semua masalah yang ada. Setelah gelas sudah kosong, akan mudah terisi air bersih kembali. Begitu katanya.
Dan apa yang tak kudapat di sini adalah bertemu teman-temanku. Ya, aku akan merindukan mereka. Akan banyak cerita menunggu untuk diceritakan dan didengarkan dari mereka. Miss you guys :)
5th Day (September 9th, 2010)
Janji Malam Lebaran
Hari ini semuanya akan pergi kembali ke Dandenong Plaza untuk membeli keperluan lebaran, kecuali aku dan ayahku. Alasannya karena mobil yang dipakai hari ini adalah mobil sedan, jadi hanya cukup untuk 5 orang. FYI, peraturan lalu lintas di Australia sangat strick. Salah satunya, ya, itu. Dan setiap orang di dalam mobil harus mengenakan seat belt, walau bayi yang baru lahir pun. Maka diputuskanlah bahwa orang-orang yang pergi adalah mama dan kakak sebagai tim utama, serta yaala, jilan dan ali sebagai tim penggembira. Aku dan ayah pasrah menunggu di rumah, sedangkan Bang Deni pergi kuliah.
Jadilah aku selama setengah hari menunggu di rumah. Apa yang kulakukan adalah hunting makanan di meja makan, ganti-ganti channel TV, main game di HP-ku, serta menyusun apa saja yang harus kukerjakan dalam waktu dekat ini.
Setelah puas aku dengan duniaku sendiri, barulah mereka pulang. Kakakku pulang dengan membawa oleh-oleh Yaala dan Jilan yang sedang tidur. Lalu menyadari ada yang belum dibeli, ayah dan mama pergi lagi. Karena kedua anaknya tidur, kakakku memutuskan untuk tinggal di rumah.
Sambil menonton Oprah, kami saling bercerita tentang apa yang tidak bisa kami ceritakan kalau ada ayah dan mama. Aku ceritakan masalahku yang tak bisa kubilang kalau ada mama, kakak pun seperti itu. Aku bercerita bahwa di sekolah aku sedang banyak masalah, mama marah-marah terus, aku agak longgar dengan diriku sendiri, sampai keluhan masakan mamaku di Bandung yang setiap hari menunya ikan balado. Kakakku tertawa2-tawa mendengar itu. Tertawa karena teringat kebiasaan-kebiasaan bodohku dan kelakuan-kelakuan kami saat dia belum menikah dulu.
Lama-lama topik kami bergeser pada bagaimana seharusnya orangtua zaman sekarang mendidik anaknya (baca: bagaimana seharusnya mama mendidik kami .red). Yaah di sela-sela itu, kami mengeluh bahwa kami agak tidak setuju dengan beberapa metode mamaku. Kakakku pun menceritakan bagaimana saat ia seumur aku, bagaimana saat ia SMA dulu, persis sepertiku. Namun tiba-tiba ia berkata, ia menyesal seperti itu. Kata kakakku, sebagian besar masa depan manusia di dunia ini banyak yang ditentukan oleh bagaimana mereka berlaku pada orangtuanya dulu. Semakin baik manusia memperlakukan orangtuanya, semakin baik pula Allah memperlakukannya di dunia maupun si akhirat, begitu kata kakakku. Jika Allah sudah baik dalam memperlakukan kita, apapun tak segan Ia berikan pada kita.
Huft, merinding aku saat kudengar kata-kata kakakku. Lama-lama tak kurasa pipiku basah, ingat bahwa betapa buruknya aku selama ini berlaku pada orangtuaku, terutama mamaku. Aku menyesal. Aku tambah menyesal lagi bila kuingat kebohongan-kebohonganku pada mama, kenakalan dan kebandelanku, kemalasanku, dan ingat ungkapan kekesalan mama saat ia kecewa denganku. Aku benar-benar merasa sekarang aku telah mengecewakan mama. Kata kakakku, jangan sampai menyesal di masa depan. Banyak orang sukses karena dulu mereka berlaku baik pada mamanya, dan banyak orang gagal karena dulu mereka berlaku seenaknya pada mamanya.
Ya, mendengar semua ini, aku sadar bahwa aku ini ada karena orangtuaku. Maaf - Allah menciptakan orangtuaku agar aku ada, itu yang tepat. Aku benar-benar ingin membanggakan orangtuaku sekarang, membuat mereka senang dan tak mengecewakan mereka lagi. Menjaga perasaan mereka, dan melakukan permintaan mereka di detik mereka meminta. Aku mencoba berjanji untuk ini, dan aku ingin Allah mengampuni dosaku yang selama ini telah kuperbuat pada mereka, Astaghfirullah!
Ya, kakakku memang jago dalam urusan menasihati,
tepatnya mempengaruhi. Ia hanya menceritakan pengalaman remajanya, namun
dari situlah aku sadar dan dapat mengambil pelajaran serta nilai-nilai
kehidupan. Ia menasihatiku secara tidak langsung, kurasa begitu.
Lalu saat mamaku pulang, aku langsung menawarkan bantuan apa yang mama inginkan dariku dari kegiatan memasak malam ini. Aku langsung mengupas bawang, memotong kacang panjang, membereskan dan membersihkan kulkas, membereskan ruang makan, dll. Aku cukup puas dengan hasil kerjaku, terutama dengan hasil pertama janjiku :)
Ohya, besok lebaran ya. Aku belum menyiapkan baju lebaranku besok! Oh oh oh
6th Day (September 10th, 2010)
9 Degrees in Lebaran Day
Aku yang pertama kali dibangunkan pada hari lebaran ini. Semuanya berpendapat bahwa mandiku lama sekali, sehingga harus didahulukan agar mereka semua bisa mandi saat aku bersiap-siap, karena prosesku bersiap-siap lama juga. Jadilah aku yang mengambil giliran mandi paling pertama di pagi yang dingin ini. Bagaimana tidak dingin, 9 derajat bok. Tapi ya, mbok mau bagaimana lagi, yang namanya nasib T_T
Setelah mandi dengan memperjuangkan mencari titik air panas di keran air panas kamar mandi kakakku yang biasanya cuma asa-asa panasnya, aku langsung mengeringkan badanku cepat-cepat (karena dinginnya naujubile) dan memgambil baju lebaran yang telah kupersiapkan tadi malam. Hm, abayat. Ini kali pertama aku memakai abayatku lagi setelah umrahku di bulan Mei-Juni lalu. Agak canggung juga sih, namun tampaknya tidak ada salahnya aku memakainya. Selain karena janjian dengan kakak dan keponakanku, di Australia ini aku menemukan lumayan banyak orang Arab kok. Jadi siapa tahu mereka memakai abayat ini juga di hari lebaran ini.
Kupakailah abayatku ini, lalu kulilitkan jilbab hitam di kepalaku dengan menyematkan empat peniti di dalamnya. Hmm.. Lumayan. Saat aku muncul di depan keluargaku yang masih belum mandi juga, keluargaku berdecak senang dan menyebutku 'lucu'. Ha-ha, untunglah katanya tidak aneh, aku menjadi sedikit percaya diri.
Me and My Abayat |
Gaya Lebaran Yaala |
Aku kuatkan diriku untuk menjemur baju-baju basah yang dingin itu di pagi Australia bersuhu 9 derajat. Brr, untungnya abayat ini cukup hangat, sehingga aku dapat menahan dinginnya dan dapat bertahan menjemur di luar tanpa menggigil. Tidak menggigil, namun tetap saja ada pengaruhnya. Tanganku 35% beku. Menulis laporan ini pun sulit rasanya, karena seketika gerak sendi tanganku menjadi lambat.
Sesudah perjuanganku menjemur tersebut, ternyata Bang Deni sudah siap di luar dengan mobil sedannya, aku yang sudah siap dengan baju lebaran disuruh cepat masuk mobil bersama ayah dan Ali. Kami termasuk kloter pertama yang menuju tempat shalat 'Ied. Aku perempuan sendiri, sehingga di tempat nanti aku harus menunggu sendiri di tempat perempuan. Memang nasib...
Sesampainya aku di tempat
shalat 'Ied, aku langsung menuju ke tempat perempuan, sendirian, dan
mencari tempat orang-orang yang tidak shalat karena aku sendiri memang sedang
haid. Aku analisa tempat ini. Ternyata ini adalah hall olahraga atau
bisa disebut basketball court milik Monash University of Australia, yang
dipinjam/disewa oleh IMCV (Indonesian Muslim Community of Victoria).
Katanya tempat awal yang akan dipakai adalah lapangan terbuka, namun
berhubung hujan maka dipakailah ruangan ini. (Oh iya, HUJAN! Bagaimana
dengan jemuranku ya?)
Hmm setelah kuperhatikan juga, tampaknya selain sebagian besar jamaah Indonesia, ada juga jamaah orang Arab, orang Pakistan-India serta orang bulenya. Orang campuran? Lebih banyak lagi! Waah banyak sekali perempuan cantik di sini, dan kau tidak bisa membayangkan bagaimana mataku tak bisa berpaling dari tempat jamaah laki-laki. Ya Allah, banyak cobaan di sana (ceileh). Astaga ini mata, belum tobat kali ya...
Setelah shalat Ied dan khutbah
selesai, aku langsung cepat-cepat keluar hall, mengambil makanan gratis yang
telah disediakan, serta langsung mencari kakak, Yaala, Jilan, dan mama.
Mereka berjanji akan menyusul, maka menurutku mereka sekarang pasti
sudah selesai shalat. Dengan segenap harapan yang tersimpan dalam kalbu
aku langsung mencari mereka di keramaian orang di pintu keluar. Mereka
tak kunjung ada. Jangankan mereka. Ayah, Ali, dan Bang Deni pun tak
kutemukan. Aku yang tersesat dengan abayatku langsung berpikiran aku
adalah anak hilang. Aku sudah pasrah dan terus menunggu di samping pintu
keluar dengan terus memakan makananku. Setelah sekian lamanya barulah
kelihatan sesosok lelaki pendek berpeci abu berkalung sorban, lelaki
berkumis dan bergamis, serta pemuda tinggi berkoko dan berkalung HP.
Itulah trio lelaki yang kucari. Pikiranku tenang sudah. Aku langsung
menerobos kerumunan dan memanggil mereka, serta mengeluarkan pertanyaan
pertama, yaitu di manakah kakak, Yaala, Jilan, dan mama. Bang Deni langsung
berwajah tidak enak sambil mengatakan bahwa mereka tidak sempat
dijemput. Ternyata mereka tidak ikut. Sesaat aku kecewa, namun setelah
melihat wajah Bang Deni perasaanku lebih dari kecewa, yaitu merasa
bersalah. Aku bingung, apakah sebegitu lamanyakah mandiku? Aku sudah
berjuang susah payah untuk merasakan dinginnya mandi di pagi Australia 9
derajat. Aku bingung harus berkomentar apa, tapi yang jelas aku merasa
bersalah dan tak tahu caranya berminta maaf karena menurutku aku bukan
satu-satunya pihak yang bersalah :(
ELF. Perlu diabadikan. (ga nyambung sama cerita) |
Sesampainya di rumah, kami
langsung bersalam-salaman seperti tradisi kami setiap tahunnya, saling
meminta maaf lahir dan batin. Kemudian, tak segan, Ali
langsung membuka tutup meja makan dan menyantap makanan lebaran kami.
Menu lebaran kali ini adalah mie telor goreng, lontong, rendang, sayur
gulai, dan teri balado, khas mamaku yang mantap sekali. Tampaknya Bang Deni sudah senang kembali, jadi tampaknya tak perlu mengungkit hal
tersebut, yang penting adalah bagaimana kita memperbaikinya di
kesempatan yang akan datang nanti.
Seharian kami di rumah, menyantap menu lebaran di meja makan tersebut bulak-balik, menggerogoti kue kering khas lebaran, mengacak-acak kulkas untuk mencari makanan, dan membuka-buka peti persediaan cemilan. Malamnya, kami diundang ke acara ulangtahun teman Bang Deni, yang semua undangannya adalah orang-orang Deplu yang sedang belajar mengejar gelar S2 dengan beasiswanya, sama seperti Bang Deni. Lengkaplah sudah seharian yang kukerjakan adalah makan. Rasanya aku sudah tidak peduli apa kata timbangan saat aku pulang nanti.
7th Day (September 11th, 2010)
Time To Take A Walk, Look, and See
Hari ini cuacanya cukup cerah, walaupun sama dinginnya dengan kemarin - malah kurasa hari ini lebih dingin dari hari kemarin. Namun Ali tampaknya sudah melihat weather forecast hari ini, dan dia mengatakan hari ini takkan hujan. Maka kami langsung bersemangat menentukan tujuan kali ini, yaitu: City.
Untuk memanaskan badan, kira-kira pukul 8 pagi kami memutuskan untuk sedikit berolahraga, yaitu pergi membawa yaala ke playground di Fregon Park. Tempatnya masih di sekitar Clayton. Kami semua pergi kecuali ayahku, karena menurutnya di hari yang dingin ini lebih baik melanjutkan mimpi indahnya. Jadilah kami semua berangkat ke playground itu dengan berjalan kaki dengan perlengkapan heboh - aku sendiri memutuskan memakai baju tiga lapis, serta kaus kaki tidur super tebal yang dipaksa masuk ke dalam sepatu Converse casualku. Kakakku membawa kedua anaknya dengan memakai double stroller yang di dalamnya sudah diset tempat tidur super hangat untuk Jilan dan tersimpan bekal mie goreng untuk Yaala. Tidak lupa Bang Deni membawa kamera DSLR-nya beserta peralatan lengkap.
Liat, kepala Jilan kaya telor |
Ternyata playground yang kami tuju cukup jauh jika ditempuh
dengan berjalan kaki. Perjalanan itulah yang kami sebut dengan olahraga,
karena kami berjalan kaki cukup jauh. Namun apanya yang olahraga. Boro-boro
berkeringat, yang ada malah tanganku membeku. Selama di perjalanan aku
masih saja meringis kedinginan dengan baju 3 lapisku. Bahkan aku hampir
tak bisa menggunakan HP-ku untuk mengabulkan permintaan mamaku -
mengambil fotonya di depan kebun halaman rumah-rumah, karena gerak jariku
lambat sekali.
Fasilitas playground di 'dekat' komplek rumah tempat kami tinggal ini cukup keren. Selain playground untuk anak-anak, ada juga lintasan lari, serta - yang paling kukagumi - lapangan cricket! Lapangan cricket yang berukuran seperti stadium, tiang-tiang gawangnya yang tinggi, ditambah lagi lampu-lampu sorot di pinggir-pinggirnya untuk acara-acara tertentu. Kadang di tengah-tengahnya mendarat burung-burung Magpies (burung asli Australia) berwarna hitam putih, namun sayangnya kami tak sempat mengambil gambarnya.
Ali, dan - sejauh mata memandang - rumput Lapangan Cricket |
Main serodotan |
Kami tidak lama di situ. Kira-kira pukul setengah 10 kami pulang dan kami tiba di rumah jam 10.
Perjalanan berikutnya kami rencanakan sehabis waktu Dzuhur, bertepatan
dengan kakakku yang mau berkunjung ke rumah temannya juga.
Sehabis Dzuhur kami pun berangkat. Kami akan pergi ke City dengan menggunakan kereta. Bang Deni akan mengantarkan kami lebih dulu ke Huntingdale Station, stasiun kereta terdekat di rumah kami. Lalu dari Huntingdale kami menuju tujuan Melbourne Central Station.
Entah kenapa, di sini rasanya nyaman sekali menggunakan transpotasi umum. Di Indonesia, transportasi umum = angkutan umum = angkot, terasa seperti mimpi buruk, apalagi kalau sudah hujan. Namun di Australia, terlebih lagi di negara-negara maju lain, transportasi umum sungguhlah nyaman dan dapat mengurangi jumlah kendaraan bermotor di jalan. Aku sampai sekarang tidak mengerti, kenapa Indonesia, khususnya Bandung dan Jakarta, tidak pernah berusaha menciptakan transportasi umum yang nyaman. Angkot sebagai transportasi utama dalam kota misalnya. Taruhlah pemerintah sulit menyingkirkan dan menggantinya dengan monorail atau busway, angkot itu sendiri tidak dipernyaman, baik fasilitasnya maupun lintasannya.
At Australian's Public Transportation |
Ehm, back to the topic.
Sesampainya di Melbourne Central, kami langsung menjelajah pusat Kota Melbourne. Kami menyusuri Swanston Street. Swanston Street mempunyai salah satu landmark Melbourne, yaitu State Library of Victorian. Jalan itu termasuk jalan teramai di Melbourne, apalagi karena hari ini malam minggu. Di Swanston Street, kami mencari restoran apa yang tampaknya suitable untuk dimasuki muslim seperti kami, dan ada 3 pilihan di sana: Es Teler 77, Nelayan, dan Nando's. Karena berbagai pertimbangan, akhirnya kami memilih ke Nando's.
Nando's adalah restoran fast food khas Portugal dengan menunya all chicken. Kami merasa aman di sana karena tidak ada tertera unsur-unsur babi dalam menunya. Aku memesan 5 BBQ chicken wings dengan saus peri peri (saus khas nando's - portugiese). Enak sih, tapi itu keputusan yang salah -______-
Setelah perjuangan menghabiskan 5 potong chicken wings besar ditambah kentang goreng besar-besar (porsi bule, harusnya bisa dimakan berempat tapi masing-masing dari kami memesan satu jenis menu!), akhirnya kami pun kembali bergerak menyusuri Swanston Street. Mampir-mampir ke beberapa toko, kami berbelok arah ke Bourke Street Mall. Aku baru menyadari bahwa apa yang dinamakan street mall adalah, ini: jalan berupa mall, mall berupa jalan. Di sepanjang jalan itu hanya ada lintasan untuk tram, selebihnya adalah aksi para pengamen jalanan yang mengagumkan. Barulah di setiap sisi jalannya berjejer toko-toko bermerk yang biasa kita temui di mall. Menarik juga, apalagi sambil melihat para pengamen jalanan melakukan aksinya. Ada yang menari khas Michael Jackson, ada yang berpura-pura menjadi patung bergerak, ada yang memainkan musik latin dengan bass dan gitarnya, dll.
Ini pengamen jalanan loh... "Albert Stone" |
La Trobe Street, salah satu jalan yang memotong Swanston Street |
Puas rasanya sore ini mengitari sekitar Melbourne Central, walaupun tidak semua jalan terjelajahi, yang penting menurutku sedikit dari suasana Melbourne sudah kutangkap.
8th Day (September 12th, 2010)
Long Way Out
Hari ini masih saja dingin seperti sebelumnya. Namun Ali bersikeras untuk pergi ke Chadstone sehabis Dzuhur. Chadstone adalah salah satu mall terbesar di Melbourne. Letaknya dekat dengan Clayton. Di perjalanan kali ini kakakku mau ikut dengan membawa kedua anaknya, sedangkan Bang Deni tidak bisa mngantar kami semua dengan mobil karena ia harus kuliah. Kami pun memutuskan akan berangkat menggunakan bis.
Sehabis Dzuhur, dengan perlengkapan heboh seperti biasanya, kami capcus ke halte bis di depan komplek perumahan kami, di dekat jalan raya. Namun karena ternyata tidak ada servis di hari Minggu untuk halte itu, kami akhirnya memutuskan untuk pergi ke halte bus di depan Monash University yang letaknya harus menyebrang dan melewati dua jalan raya dan satu gang. Alhamdulillah, itu terasa lancar bagi kami. Akhirnya kami menaiki bis itu dengan tujuan langsung ke Chadstone.
Di Chadstone, kami melakukan hal yang biasanya kami lakukan jika di mall: windowshopping. Apalagi di dalamnya toko-toko bermerk semua, yang notabene high class, gak semuanya kejangkau. Dan - percayalah, setelah kami hunting-hunting barang, beli clothing, tas, atau sepatu di Australia dengan merk dan model yang sama, harganya dua kali lipat dari yang di Indonesia. Rugi banget, jack! Contohnya, sandal Birkenstock yang di bandung harganya sudah sejuta, kami dapati (dengan model yang sama) dengan harga dua juta (setelah converting dari AUD ke Rupiah). Dan itu berlaku pada barang lain. Dan sakit hatinya, di GAP kami menemukan baju yang tertera di bawah label bajunya: Made In Indonesia, dengan harga yang jauh. Langsung ilfeel! Kesimpulan: kalau menginginkan barang di mall dan toko bermerk di Australia, better think twice, kecuali kalo barang itu emang gak ada di Indonesia dan jarang banget modelnya.
Setelah puas muter-muter, beli apa yang mau dan bisa dibeli, kami akhirnya keluar Chadstone pada pukul 5 sore. Lalu kamipun mengambil bis dengan jurusan yang tadi kami ambil. Kami masuk ke dalam bus dengan men-tick kartu Metlink kami, yaitu kartu yang kami pergunakan ketika menggunakan transportasi umum di Melbourne. Tiba-tiba sang supir bis menghampiri kursi kakakku. Ia bilang kartu kami tidak berlaku. Otomatis kami kaget, bagaimana bisa? Ternyata bus yang kami naiki, yang kami yakini berjurusan sama dengan bus yang sebelumnya kami naiki dan akan menuju ke Monash University bus stall, akan menuju ke daerah yang berbeda zona dengan Monash. Lalu setelah dari daerah tersebut, balik lagi ke Chadstone dan barulah ke Monash. Kami bingung, lalu apa yang akan kami lakukan jika kartu kami tidak berlaku, padahal tujuan kami tepat dengan salah satu daerah lintasan bus tersebut? Untunglah sang supir tua tersebut baik hati dan tidak sombong, ia memperbolehkan kami menaiki busnya serta akan mengatur tarif yang kami bayar agar disesuaikan dengan jalur yang seharusnya kami naiki. Ia pun tidak meminta tambahan bayaran di luar dari itu.
Jadilah kami mengenyam sejam perjalanan untuk kembali ke Monash University. Dan sesampainya di halte bis tersebut, perjuangan belum berakhir. Kami harus menyebrang dua highways yang lebar dan satu gang kecil, lalu berjalan menyusuri narrow path in the way back home, yang cukup jauh juga. Belum lagi sudah malam, dingin dan saaangat berangin! Terlepas dari semua kesenangan tadi, perjalanan pulang membuatku setengah hidup setengah mati, tertusuk angin malam dan membeku karena suhu.
9th Day (September 13th, 2010)
My First Handmade Cake!
Hari ini tidak banyak yang perlu diceritakan. Di rumah: tidur, makan, defekasi. Sampai akhirnya ibu dan kakakku mulai berkerja di dapur, aku bilang bahwa aku juga ingin terlibat. Tapi sayangnya tidak ada yang bisa aku bantu. Aku pun melihat-lihat kumpulan resep masakan milik kakakku. Satu yang membuatku tertarik: Pound Butter Cake. Pound butter cake adalah bolu sederhana dengan berbagai topping. Toppingnya bisa coklat meises, icy sugar, bubuk kayu manis, dan lain-lain. Aku pun meminta kakakku untuk membuatkan kue itu. Tau jawaban kakaku apa? "BIKIN SENDIRI!" Kontan aku manyun pada kakakku. Itu jelas menunjukkan bahwa ia tak mau membuatkannya untukku. Aku langsung keluar dari dapur dan memilih untuk menonton TV. Tapi tiba-tiba kakakku menghampiriku dan menyuruhku untuk benar-benar membuat kue itu - sendiri. Aku menimbang-nimbang pada awalnya, tapi akhirnya kusanggupi juga karena kakakku memaksaku.
Dengan segala daya dan upaya pun kukerjakan. Mencampur dan mengaduk adonan kukerjakan dengan seikhlas mungkin. Akhirnya tiba saatnya dimasukkan ke oven, ditunggu selama... Berapa jam ya? Lupa :( Pokoknya inilah, hasilnya! Jeng jeng jeng jeeeeeng..
Ta-da!
Duh, please, jelek banget ya tampilannya? *nangis di lantai*
Tapi rasanya enak kok! Aku sangat merasakan sensasi butter di lidahku... namanya juga Pound Butter Cake -_-
Untuk mengajak orang-orang rumah ikut menyantapnya, kakakku menyarankanku untuk menyediakan icy sugar dan nutella. Dan Alhamdulillah lama-lama habis.... Sama aku sendiri :p
Please, say to me: "Hey, not bad for your first try!" :')
10th Day (September 14th, 2010)
Prepare Your Legs, We'll Rule Today!
Prepare Your Legs, We'll Rule Today!
Yak, hari ini semuanya setuju untuk bangun pagi dalam rangka menyicil pergi ke tempat-tempat yang ingin kami kunjungi di Melbourne. Okay, so we'll rule Melbourne today!
Tujuan pertama adalah Albert Park, salah satu taman di Melbourne yang kata Bang Deni recommended to visit, soalnya punya danau yang lumayan besar (bagi kami, Indonesian yang jarang-jarang liat danau -_-). Photos will describe more ;)
And we continue our trip to Melbourne Royal Botanic Gardens, which is not too far from Albert Park. It's just, heaven in sight, pals...
Pink Rose |
And finally, we're here. Melbourne Aquarium! Ini kalo di Indonesia kayak Sea World-nya lah. Dan percaya, Sea World Indonesia jauh lebih besar, dan mempunyai koleksi hewan laut yang lebih beragam.
Hal yang bikin aku sangat-sangat-sangat exciting untuk ke sini, adalah brosurnya yang mengatakan bahwa mereka akan mendatangkan pinguin-pinguin dari Antartika! Hehehehe lucu kan. Ih gemes. Kalau yang tahun lalu, pinguinnya dari Phillip Island, jenisnya lebih kecil dan bisa hidup di tempat yang lebih hangat.
Lihat, mereka ditempatkan di ruangan kaca yang sangat besar, dan di dalamnya bertumpuk lapisan es yang biasa disebut salju (maaf, belum pernah liat salju...). Suhunya juga diatur sedemikian rupa agar menyerupai suhu di Antartika. Di situ juga tersedia kolam kecil yang mempersilakan mereka untuk berenang. Ruangan kaca itu sangat-sangat tebal. Kebayang ya dalemnya, mungkin sekali masuk aja langsung bikin beku...
Ada dua jenis pinguin, yang satu adalah King Penguin, yang satu lagi Gentoo Penguin.
King Penguin itu terkesan tinggi dan gagah. Dia punya semburat kekuningan di lehernya. Kalau Gentoo Penguin lebih berkulit tebal, pendek dan banyak lemaknya (King juga banyak lemaknya, sih), a.k.a. bantet. Gentoo Penguin lebih suka berenang daripada King Penguin, belum nemu alesannya kenapa :|
Kami pun melanjutkan mengitari Melbourne Aquarium ini ke bagian amphibi dan binatang-binatang aneh lainnya -_-
Hal yang bikin aku sangat-sangat-sangat exciting untuk ke sini, adalah brosurnya yang mengatakan bahwa mereka akan mendatangkan pinguin-pinguin dari Antartika! Hehehehe lucu kan. Ih gemes. Kalau yang tahun lalu, pinguinnya dari Phillip Island, jenisnya lebih kecil dan bisa hidup di tempat yang lebih hangat.
Ada dua jenis pinguin, yang satu adalah King Penguin, yang satu lagi Gentoo Penguin.
King Penguin itu terkesan tinggi dan gagah. Dia punya semburat kekuningan di lehernya. Kalau Gentoo Penguin lebih berkulit tebal, pendek dan banyak lemaknya (King juga banyak lemaknya, sih), a.k.a. bantet. Gentoo Penguin lebih suka berenang daripada King Penguin, belum nemu alesannya kenapa :|
Charming and cute in one pose, that's him, King Penguin! |
Si bantet lagi berenang |
Hai, gue Gentoo Penguin |
Kami pun melanjutkan mengitari Melbourne Aquarium ini ke bagian amphibi dan binatang-binatang aneh lainnya -_-
Axolotl atau Mexican Walking Fish ini bukan ikan, tapi amphibi. Punya kerah dan ekor lagi. Aneh banget ya? Aku juga baru lihat. Mungkin di sini fotonya kurang jelas, mungkin sister dan agan bisa googling sendiri kalau ingin tahu lebih jelasnya.
Dan... inilah akhir dari hari yang menyenangkan ini. Can't wait for another days soalnya mama lagi semangat jalan-jalan nih, asik!
11th Day (September 15th, 2010)
Groceries Day
Hari ini hujan. Tetapi kami bersikeras ramai-ramai berkunjung ke Carribean Market untuk belanja groceries dan oleh-oleh. Carribean Market ini terletak di suburb dan di dataran yang lebih tinggi, karena itu Bang Deni menyarankan untuk membawa jaket tebal.
Setelah mengitarinya, aku berketetapan bahwa Queen Victorian Market yang di City (di postingan sebelumnya) jauh lebih menarik dan mempunyai barang-barang, khususnya souvenir dan oleh-oleh, yang lebih beragam. Tetapi, memang untuk soal harga, Carribean Market lebih bersahabat. Aku hanya membawa pulang sekantung besar kacang almond dan kacang badam, sedangkan mama dengan senangnya membawa pulang taplak-taplak meja yang menurutnya menarik. Mothers....
12th Day (September 16th, 2010)
Being in 'Netherland' for One Day
Dan... inilah akhir dari hari yang menyenangkan ini. Can't wait for another days soalnya mama lagi semangat jalan-jalan nih, asik!
11th Day (September 15th, 2010)
Groceries Day
Hari ini hujan. Tetapi kami bersikeras ramai-ramai berkunjung ke Carribean Market untuk belanja groceries dan oleh-oleh. Carribean Market ini terletak di suburb dan di dataran yang lebih tinggi, karena itu Bang Deni menyarankan untuk membawa jaket tebal.
Setelah mengitarinya, aku berketetapan bahwa Queen Victorian Market yang di City (di postingan sebelumnya) jauh lebih menarik dan mempunyai barang-barang, khususnya souvenir dan oleh-oleh, yang lebih beragam. Tetapi, memang untuk soal harga, Carribean Market lebih bersahabat. Aku hanya membawa pulang sekantung besar kacang almond dan kacang badam, sedangkan mama dengan senangnya membawa pulang taplak-taplak meja yang menurutnya menarik. Mothers....
12th Day (September 16th, 2010)
Being in 'Netherland' for One Day
Kami sudah merencanakan bahwa hari ini kami akan pergi ke Tasselaar Tulip Festival! Dari pagi kami sudah bersiap-siap diri dan bawaan. Tasselaar Tulip Festival terletak di sebuah kota kecil yang letaknya cukup jauh dari Melbourne. Lama perjalanannya seperti Bandung-Jakarta lewat puncak saat tidak macet, hehehe... (Emang pernah? -_-)
Di tengah jalan kami berhenti untuk shalat, membeli air minum, dan sekedar bersantai. Tapi tak kuduga tempatnya akan seperti ini.
Di tengah jalan kami berhenti untuk shalat, membeli air minum, dan sekedar bersantai. Tapi tak kuduga tempatnya akan seperti ini.
Dari arah pandang ke jalan raya |
Indah sekali, bukan? Dan banyak sekali burung-burung di sini, burung kakaktua dan burung berwarna merah, aku tak tahu namanya. Penjaga burung-burung itu memperbolehkan kami untuk memberi mereka makan dengan tangan kami sendiri.
Yaala praktek beri makan burung kakatua |
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami. Dan setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya kami sampai. Aku sangat bersemangat!
Foto Keluarga (lagi) hehehe, tanpa Ayah dan Bang Deni |
Kakakku dan Jilan (di dalamnya) |
Kios Poffertjes, makanan khas Belanda |
Pernah nonton The Emperor's New Groove? Yes, that's Kuzco, Llama. Aku juga gak ngerti kenapa dia ada di kebun ini... |
Another Delia and Her Family's Day Out
Setelah dua hari kemarin mengurung diri di rumah, akhirnya kami hari ini jalan-jalan lagi. Hanya jalan-jalan ke Carlton Garden, lalu makan di Es Teler 77 di City, dan belanja groceries di supermarket Asia murah, Laguna. This is it, Carlton Garden.
Pose Ali menikmati pohon |
Oh iya, di Carlton Garden ini ada gedung bergaya barat, yang kata Bang Deni merupakan salah satu gedung untuk fungsi pemerintahan di sini. Juga tepat di belakangnya, ada The Mighty Melbourne Museum yang besar, canggih, dan bergaya! Aku jadi membayangkan museum-museum seperti di Night At The Museum. Tapi karena sudah terlalu sore, Bang Deni menyarankan kami untuk kembali besok pagi karena museum tersebut sudah akan tutup. Dan ternyata, besok ada exhibition di Melbourne Museum. Jadi kami memutuskan untuk kembali lagi ke sini besok pagi.
16th Day (September 20, 2010)
Get Used To: Not-To-Taking-Pictures Inside The Exhibitions
Hari ini kami, terutama aku, mengangguhkan badanku untuk menguasai Melbourne di hari terakhir ini! Dan aku punya banyak rencana yang syukurnya, Ali, ayah, dan mama menyetujuinya. Jadilah kami berangkat ke tujuan pertama kami sesuai rencana kemarin, Melbourne Museum.
Ternyata, exhibiton yang dimaksud adalah: The Artefact Exhibition of Titanic! Gosh, you can't find it anywhere in Indonesia, I guess. Tapi sayang, di dalam tidak boleh mengambil foto. Hanya foto yang diambil petugas yang merepresentasikan foto kami di dalam.
Salah satu booth foto di The Artefact Exhibition of Titanic ini. Seolah-olah kita ada di tangganya, di ruangan dansanya... |
Setelah puas melihat-lihat dan belajar, kami melanjutkan perjalanan kami ke another exhibition in Melbourne di ACMI, Australian Center of Moving Image. Exhibition yang dimaksud adalah The Works of Tim Burton, jadi pameran yang memamerkan karya-karya Tim Burton dari paling awal sampe yang baru saja dikerjakan. Tau Tim Burton? Film Alice in Wonderland, Edward The Scissorhands, Corpse Bride, The Nightmare Before Christmas, Batman? Dia adalah sutradaranya. Ini juga: You can't find such things in Indonesia! Mungkin untuk beberapa tahun ke depan, ya. Tapi masih mumpung ada di Melbourne, kenapa enggak, hehehe.
ACMI sendiri adalah salah satu landmark Melbourne yang isinya semua tentang movies, digital image, animations, things like that. Sayang, di dalamnya juga dilarang foto-foto. Selain pameran tentang karya-karya Tim Burton tadi, di dalamnya juga ada semacam 'museum' yang memamerkan benda-benda perkembangan dunia film dan animasi, dan kerennya kita boleh coba sendiri! Di situ juga ada benda-benda yang diramalkan akan dikembangkan di masa mendatang. This place is super-super-cool! Whenever you come to Melbourne, you gotta try this one!
Sisa hari hanya kami habiskan berbelanja di Queen Victoria Market dan makan di Es Teler 77. Today is just supercool!
17th Day (September 21, 2010)
Goodbye, Melbourne! Thanks for The Amazing Holiday!
Aku benar-benar tidak merasakan waktu di pundakku saat aku berlibur di Melbourne. Semuanya berjalan begitu cepat! Namun perpisahan kali ini tidak sesentimental tahun lalu, karena kami tahu Kak Kiki, Yaala, Jilan, dan Bang Deni akan segera pulang ke Indonesia, sekitar 3-4 bulan lagi. Namun, kali ini aku harus benar-benar mengucapkan selamat tinggal untuk Melbourne, entah kapan aku dapat menginjakkan kakiku di tanahnya lagi. Terima kasih, Melbourne, selamat tinggal! Jangan pernah lupakan kami........................... :">
17th Day (September 21, 2010)
Goodbye, Melbourne! Thanks for The Amazing Holiday!
Aku benar-benar tidak merasakan waktu di pundakku saat aku berlibur di Melbourne. Semuanya berjalan begitu cepat! Namun perpisahan kali ini tidak sesentimental tahun lalu, karena kami tahu Kak Kiki, Yaala, Jilan, dan Bang Deni akan segera pulang ke Indonesia, sekitar 3-4 bulan lagi. Namun, kali ini aku harus benar-benar mengucapkan selamat tinggal untuk Melbourne, entah kapan aku dapat menginjakkan kakiku di tanahnya lagi. Terima kasih, Melbourne, selamat tinggal! Jangan pernah lupakan kami........................... :">
------------------------------------------
Terima kasih untuk begitu besar perhatiannya membaca postingan sepanjang ini :')
Comments
Post a Comment