Austria (8)
DAY 18
"Kak, masih ingin keliling Wina."
"Kita ke kebun binatang aja yuk???"
"Kita ke kebun binatang aja yuk???"
Iyyyap! Kebun binatang, atau Tiergarten
(Tier=binatang, garten=kebun). Tiergarten yang dimaksud adalah kebun binatang di Schloss Schonbrunn kemarin, ingat kan ucapanku kalau komplek kerajaan super besar itu memiliki kebun binatang di dalamnya? Kebayang dong, besarnya komplek kerajaan itu kayak apa, bahkan Tiergartennya sendiri memiliki luas wilayah sebesar seperlima sampai seperempat besar komplek. Menurut kitab kita bersama Lonely Planet's Vienna Tourist Guide, Tiergarten ini Die beste Europaish zoo (The best European zoo)! Penasaran kan, se-best apa sih Tiergarten ini?
Aku pun dengan semangat mengiyakan. Yang menyebalkan adalah Ali adikku yang sedang marah dengan seisi flat karena satu dan lain hal, dan dia berkata bahwa ia ikut dengan terpaksa, lalu dia menyengajakan mandi dengan sangat lama, sehingga baru pukul setengah satu siang kami berangkat, padahal Schloss Schonbrunn lumayan jauh…-_-
Aku pun dengan semangat mengiyakan. Yang menyebalkan adalah Ali adikku yang sedang marah dengan seisi flat karena satu dan lain hal, dan dia berkata bahwa ia ikut dengan terpaksa, lalu dia menyengajakan mandi dengan sangat lama, sehingga baru pukul setengah satu siang kami berangkat, padahal Schloss Schonbrunn lumayan jauh…-_-
Akhirnya sampailah kami di Schonbrunn. Dari stasiunnya, jalan menuju Tiergartennya agak jauh juga. Dengan perjuangan dan untunglah perut telah kenyang karena dijejali kebab, sampailah kami di tujuan.
Masuk, beli tiket masuk,
jalan-jalan, foto-foto.
Foto keluarga setelah melewati gerbang masuk Schloss Schonbrunn dengan Ali yang masih ngambek.
Mich :)
Salah satu taman di Schloss Schonbrunn
Palmenhaus (Palm Tree House) di tengah-tengah taman Schloss Schonbrunn
Kami pun berkeliling di kebun binatang ini. Tiergarten ini sangat bersih. Habitat
buat tiap binatangnya pun sangat luas, dan beberapa hewan disediakan kamar tertutup dan halamannya. Jadi ingat kebun binatang yang ada di game Zoo Tycoon. Hehe. Bagus deh
pokonya.
Kutil 1 sangat excited! Kya!
Restoran di tengah-tengah Tiergarten
Seekor panda yang sedang melakukan penggendutan,...
...dan Kuda Nil yang sedang bobo. Sungguh hewan-hewan pemalas.
Edisi hewan-hewan gagah. Ada antelop,
Cheetah (jadi ingin Cheetos kan),
Panther atau Macan Kumbang,
dan Macan Tutul
Favoritku di sini adalah... sang Canis lupus
arctos, yang tak lain tak bukan adalah Arctic Wolf. Walaupun kelihatannya tidak begitu sehat, tapi mereka (jumlahnya lebih dari satu) terlihat sangat gagah. Tempat tinggal yang dialokasikan untuknya pun sangat besar. Sebelumnya, untuk dapat melihatnya harus menaiki bukit.
Untuk dapat melihat hewan-hewan seperti Arctic Wolf dan European Lynx (Lynx lynx), harus menaiki bukit ini. Sayang, lynxnya gak muncul-muncul.
Sang Canis lupus arctos...
Walau kurus namun tetap gagah kok cyin ;)
Rumah berbagai macam spesies lebah juga ada di bukit ini.
Si Lovelace
Dari sekian banyak binatang, karena kebun binatangnya ini sendiri
sangat besar, jadi yang terkunjungi hanya sedikit. Faktor utama yang bikin lama adalah, Para Kutil's curiousity. Tiap hewan ditanya dan diteliti. Setiap jenis hewan ditanya namanya apa, makannya apa, galak apa enggak, kok tidur terus, kok makan terus, dan lain lain dan lain lain. Kalau mereka sangat senang dengan hewan tersebut lebih bahaya lagi, mereka terpesona dibalik pagar atau kaca, kalau diajak pergi kalau gak nangis, marah, sehingga harus dialihkan ke hewan lain, terus dilamunin dan diomongin terus sepanjang hari... Dasar bocah.
Overall, terus terang, aku sangat senang telah berkunjung ke tempat ini walaupun yang bisa
dijamah hanya sedikit. Kami menjelajah hingga pukul 5 sore, sesudah itu langsung pulang.
Sayonara... Sayonara... Sampai berjumpa lagi...
Sudah sore, koala bobo.
Pink Flamingos di dekat gerbang keluar
Si Buncit Keriting lagi main air. Untung niat ngegangguin tertahan. Kalau dilaporin ke bapaknya kan kita-kita bisa dideportasi.
Lindt, the famous chocolate brand! Tokonya ada tidak jauh dari gerbang keluar Tiergarten.
---
DAY 19
Karena hari kemarin sudah jalan sepanjang hari (lebay), akhirnya
diputuskan untuk day off lagi pada hari ini. Tapi ternyata di flat, bahan makanan sudah banyak yang habis, jadi kakakku memutuskan untuk ke Brunnenmarkt… Karena melihatku yang malas untuk ikut, Kakakku langsung mengusulkan untuk meninggalkan Kutil 1 dan 2 di rumah dengan aku sebagai penjaganya. Ia pergi bersama Abdullah, Mama, dan Ali (sebagai kuli angkut tentunya). Bagaimana agar
mereka berdua betah di rumah? Jangan di rumah, karena pasti ga betah tanpa
bundanya. Jadi harus ke mana? "Bunda, Yaala sama Jilan mau ke taman!" Errr................
Akhirnya, tugaskulah untuk membawa mereka ke taman. Kata kakakku, bawa saja laptop agar ada yang dikerjakan. Untunglah taman yang dimaksud adalah taman di belakang apartemen, jadi tidak jauh.
Pergilah kami ke sana pukul 11 siang. Awalnya aku berkata “Yaala sama Jilan main yaa, Cik Odel (panggilan mereka untukku) nunggu di tempat duduk sini, mau ngetik, ya?” Mereka kompak menjawab “Yaaa~~~”
Merekapun bermain di playground yang memiliki serodotan dan panjatan dan semacamnya itu. Baru duduk, sudah ada panggilan “Cik Odeeeeeeeel….” Dan aku menyahut menyusul mereka. “Cik Odel sini aja, banyak orang, takut…” kata Yaala. Akhirnya aku menunggunya di sampinya. Main, main, dan main, merekapun bosan.
Akhirnya, tugaskulah untuk membawa mereka ke taman. Kata kakakku, bawa saja laptop agar ada yang dikerjakan. Untunglah taman yang dimaksud adalah taman di belakang apartemen, jadi tidak jauh.
Pergilah kami ke sana pukul 11 siang. Awalnya aku berkata “Yaala sama Jilan main yaa, Cik Odel (panggilan mereka untukku) nunggu di tempat duduk sini, mau ngetik, ya?” Mereka kompak menjawab “Yaaa~~~”
Merekapun bermain di playground yang memiliki serodotan dan panjatan dan semacamnya itu. Baru duduk, sudah ada panggilan “Cik Odeeeeeeeel….” Dan aku menyahut menyusul mereka. “Cik Odel sini aja, banyak orang, takut…” kata Yaala. Akhirnya aku menunggunya di sampinya. Main, main, dan main, merekapun bosan.
“Cik Odel gak jadi ngetiknya?” “Enggak, kan nungguin Yaala sama Jilan.” “Ngetik di sana aja yuk (menunjuk tempat duduk di dekat tempat main pasir)” Kamipun pindah ke sana.
“Cik Odel, Yaala sama Jilan boleh main pasir?” “Bunda gak bilang gak boleh, tapi sebelum sampai rumah harus bersih ya bajunya, kalau bajunya masih ada pasirnya, Yaala sama Jilan gak boleh pulang.” “Iyaaaa~~~”
Merekapun bermain pasir. Baru mau duduk, “Cik odeeeel, bikinin love buat Jilan, doooooong” “Cik Odeeeeeel, bantuin Yaala masukin pasir ke botol, dooooong” Akupun pasrah, takkan ada harapan untuk mengetik.
Bermain di playground sampai pukul setengah satu siang; capek, kepanasan, kelaparan; merekapun meminta pulang. Tidak lama kemudian kakakku pulang. *fiuh*
“Cik Odel, Yaala sama Jilan boleh main pasir?” “Bunda gak bilang gak boleh, tapi sebelum sampai rumah harus bersih ya bajunya, kalau bajunya masih ada pasirnya, Yaala sama Jilan gak boleh pulang.” “Iyaaaa~~~”
Merekapun bermain pasir. Baru mau duduk, “Cik odeeeel, bikinin love buat Jilan, doooooong” “Cik Odeeeeeel, bantuin Yaala masukin pasir ke botol, dooooong” Akupun pasrah, takkan ada harapan untuk mengetik.
Bermain di playground sampai pukul setengah satu siang; capek, kepanasan, kelaparan; merekapun meminta pulang. Tidak lama kemudian kakakku pulang. *fiuh*
Nah! Sebagai hadiah karena sudah mengasuh Para Kutil, dan menjaga
agar mereka tidak menangis selama si para orang dewasa tidak ada, kakakku membawakan kue khas
Vienna, namanya Sacher Torte. Katanya, sih, Sacher Torte itu kue yang
resepnya dari keluarga kerajaan. Seperti kue tart biasa, bolu coklat, berlapis selai aprikot, dilapisi coklat padat
yang sangat tebal. Menurut kitab kita bersama, yang sudah disebutkan berulang-ulang, katanya Sacher Torte ini the must delicious delicacy in
Vienna. Biasanya, para turis mencari Sacher Torte di Hotel Sacher di tengah kota,
dan harganya selangit bok...... Kakakku mendapatkannya dari bakery biasa, yang katanya sih, rasanya gak beda jauh dari Hotel Sacher yang oke punya, karena semua
resep Sacher Torte itu sama dan dibuat exactly the same and precise dari resep
nenek moyangnya…
Pas dicobain… Hmm maybe it's not my favourite taste. Terlalu manis dengan selai aprikotnya yang tebal! But, as a present, it’s such a pleasant reward ;;)
Tampilan luar Sacher Torte milik toko kue ... (tertera)
A slice of a kind
---
DAY 20
Awalnya, hari ini akan diwarnai dengan memburu another palace, Schloss Belvedere. Namun melihat selera umum, akhirnya aku memilih ikut ke suatu pasar bernama Naschmarkt, yaitu pasar turis di Wina.
Tampilan Naschmarkt ini menipu. Dilihat dari luar, pasar ini terlihat kecil dan sempit, namun ternyata saat kami telusuri, tidak ada habisnya. Berbagai macam souvenir dan pakaian, daging, buah (buah-buahan aneh), sayur, berbagai jenis keju, berbagai
jenis kacang, manisan, café, restoran, kebab, berbagai jenis daun teh,
dan lain lain. Kami menemukan toko souvenir Austria yang besar juga tokonya, dan lebih murah dari toko-toko sebelumnya yang pernah kami datangi.
Kutil 1, Yaala, pun merengek ingin melihat taman ke Belvedere. Aku yang aji mumpung, mendukung bocah itu. Akhirnya, bermodalkan peta dari kitab, kami pun berusaha menuju ke sana. Namun, dalam perjalanan menuju ke tujuan, banyak yang kami temukan. Pertama, jalan Ringstrasse...
Di Ringstrasse, berderet mall-mall elit yang jika dilihat di luar, tidak terlihat seperti mall -_-. Namun adanya tulisan “Vienna Shopping Culture” di sini memang menunjukkan ini adalah jalan dengan deretan mall. Iseng, kami pun masuk ke dalam salah satunya.
Saat, terlihat suatu toko coklat kecil yang akhirnya menjadi alasan kakakku berseru histeris, “Ini
coklat yang waktu ituuuuu coklat Belgia!”
Nama merk coklatnya adalah Neuhaus, dengan di bawahnya tertera tulisan "Bruxelles
Chocolatier". Kami pun membeli coklat 6 buah dengan total seharga 6 euro… Jika dibandingkan dengan merk coklat Austria yang paling sering muncul di pertokoan, Heindl, dapat dikatakan Neuhaus lebih mahal karena 30 buah coklat Heindl dengan ukuran yang sama total senilai 15 euro, yang berarti satu
coklat beda 0.5 euro~ Saat dicoba, memang lebih enak!
Kami pun kembali berkeliling dan melihat-lihat seantero mall. Kali ini adalah toko mainan. Dapat diperkirakan toko mainan ini toko mainan tua, isinya kebanyakan adalah boneka kayu dan porselen, khas Eropa and specialized for collectors. Harga satunya bisa mencapai 1000 euro…. Dan ternyata semua itu handmade… Vantas.
Etalase boneka. Rata-rata bernilai 1000 euro, silakan dikonversikan ke dalam rupiah. Cuma bisa potret sekali, karena penjaga toko langsung ngeliatin dan ternyata ada plang besar "No photograph allowed" dalam bahasa Jerman -_-
Sampai dua penjaga toko capek mengawasi kami, kami pun keluar dari tempat itu. Dan anggota rombongan perjalanan berkeluh kesah tidak mau jika harus ke Schloss Belvedere hari ini juga. Lalu diputuskan buat menyusuri jalan ajib ini saja.
Di Ringstrasse, ada gedung opera juga ternyata, yang bernama Wiener Staatsoper (Vienna Opera House), dan kebetulan akan ada
konser di situ. Para penjual tiket berpakaian dan berambut layaknya Mozart. Karena kurasa unik, dengan tidak tahu malunya aku meminta foto bersama salah satu dari para penjual tiket tersebut. Bodo amat. Kapan lagi, ya nggak.
Wiener Staatsoper
Sebenernya sih ya, sebenernya, tetep aja malu. -_-
Jalan terus dan jalan terus, kami pun sampai di jalan katnerstrasse. Di situlah ternyata Hotel Sacher yang aku ceritakan tadi. Di luarnya, orang-orang
ramai berkerumun, berjinjit-jinjit seperti berebut ingin melihat seseorang. Aku sebenarnya penasaran, ada apa gerangan sampai akhirnya mereka rela berdesak-desakan di hari panas begini? Akupun masuk ke kerumunan itu. Banyak orang berbahasa Inggris di sana, akupun mencuri dengar: ternyata akan ada Rihanna keluar dari Hotel Sacher…
Kartnerstrasse, dari Ringstrasse.
Kartnerstrasse bersama plang "The Original Sacher Torte"!
Mau ikut-ikutan sok asik (awalnya).
Haha, aku juga jadi excited sendiri. Tapi karena kelamaan menunggu dia keluar, kami pun melanjutkan petualangan kami lagi.
Kartnerstrasse sangat ramai dan crowded. Ternyata daerah ini memang daerah wisata
dan tempat perbelanjaan, seperti Mariahilferstrasse. Banyak toko-toko merk mewah di situ, dan ternyata sepanjang jalan pun
banyak toko souvenir. Barang-barang souvenirnya sih sama saja. Magnet yang bagus
harganya 15-an euro, yang kurang bagus 10 euro 3 buah. Tampaknya harga souvenir memang disamakan satu Wina. Kami pun membeli seperlunya saja.
Sebagai informasi, di jalan itu juga ada dua gereja (kalau tidak salah) paling besar di Wina, bernama Stephansdom dan Karlskirche. Dan sungguh, gereja-gereja tersebut sangatlah besar...
Sehabis itu, giliran ibu-ibu yang uring-uringan ingin pulang, karena panik belum masak
untuk sahur. Yaaah, begitulaaah.
Wajah capek Kutil 1.
---
DAY 21
Gak ada yang spesial hari ini. Hari pertama puasa, diam mengeram di flat memakai piyama, dan aku tidak ikut berpuasa. Seperti biasa, keadaan seperti ini selalu mendukung penggendutan untuk dilakukan...
Comments
Post a Comment